Selasa, 29 Januari 2013

Kau Hancurkan

Firdaus Komar Wartawan Mengapa Kau Hancurkan? SAYA tercengang mendengar cerita mereka yang kuliah, kemudian ada yang menawarkan jasa pembuatan skripsi dan tesis. Belum lagi ada mafia pembuatan ijazah aspal (asli tapi palsu). Dengan kejadian itu, orang tidak perlu kuliah, tidak perlu belajar cukup dengan membeli ijazah. Akibatnya yang dikejar ijazah, tidak ada lagi kompetisi dan kreativitas untuk memunculkan ide-ide dalam pergumulan dalam proses pendidikan. Toh yang dikejarnya hanya selembar ijazah, ternyata ijazah gampang diperoleh. Betapa bobroknya moral anak bangsa kita. Mengapa kau hancurkan ini? Mereka telah menghancurkan sendi-sendi dunia pendidikan. Suatu dunia yang seharusnya tetap mempertahankan nilai-nilai etika, kejujuran, nilai-nilai idealisme. Kini semuanya terbongkar, jungkir balik, bak sirkus yang menjadi tontonan dunia. Dengan kondisi pendidikan yang demikian parah, terdapat korelasi ketika produk pendidikan ini memiliki kekuasaan, yang saat ini memegang tampuk jabatan penting. Bukankah produk ini juga yang cenderung berperilaku korupsi, mengabaikan etika publik, dan tidak lagi memiliki nilai-nilai atau pun malu dengan diri sendiri. Mungkin juga sangat pantas dikatakan tidak punya iman lagi. Semua tingkatan dalam perilaku organisasi menjadi sebuah mafia. Di Senayan ada mafia anggaran. Mau masuk anggaran, ada mafia yang siap sogok, siap suap sana sini. Dalam proses peradilan juga ada mafia hukum. Mau hukuman ringan, mau hukuman berat, atau mau bebas hukuman. Semuanya dapat dipesan diorder ibarat pesan makanan. Ada tingkat harga dan barang. Begitulah lingkaran setan yang tidak habisnya, ketika pejabat berkeinginan membenahi sistem pendidikan kita tidak pernah bisa, karena yang mau membenahi ini juga termasuk dalam lingkaran mafia yang juga produk dari sistem pendidikan yang makin terpuruk tadi. Pertanyaannya siapa dan mengapa dihancurkan? Dengan kondisi demikian, bangsa kita yang memiliki nilai-nilai budaya yang begitu tinggi apa tidak mampu lagi membedakan mana yang baik dan buruk. Mengapa Finlandia dan Korea mampu menjadi memiliki peringkat sistem pendidikan terbaik dunia. Apakah pemimpin sudah buta, ketika harus belajar dari luar. Inilah yang menyedihkan! Sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia. Berdasarkan tabel liga global yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson, sistem pendidikan Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Tempat pertama dan kedua ditempati Finlandia dan Korea Selatan, sementara Inggris menempati posisi keenam. Peringkat itu memadukan hasil tes internasional dan data, seperti tingkat kelulusan antara tahun 2006 dan 2010. Sir Michael Barber, penasihat pendidikan utama Pearson, mengatakan, peringkat disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara memberikan status tinggi pada guru dan memiliki ‘budaya’ pendidikan. Perbandingan internasional dalam dunia pendidikan telah menjadi semakin penting dan tabel liga terbaru ini berdasarkan pada serangkaian hasil tes global yang dikombinasikan dengan ukuran sistem pendidikan, seperti jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat universitas. Dengan peringkat berdasarkan status tinggi pada guru dan memiliki budaya pendidikan. Dua item ini menjadi catatan hitam bagi kita. Laporan itu juga menekankan pentingnya guru berkualitas tinggi dan perlunya mencari cara untuk merekrut guru terbaik. Hal ini meliputi status dan rasa hormat serta besaran gaji. Bagaimana mungkin kita akan menghasilkan guru berkualitas, jika guru bukan berada dalam status kelas nomor wahid. Bayangkan dari input, yang masuk sekolah guru cenderung bukan dari pilihan dari mereka yang memiliki kualitas. Mereka kalah dengan orang mau menjadi dokter, mau menjadi sarjana teknik, atau sarjana ekonomi. Terhadap mereka yang menghancurkan sistem ini dan terhadap mereka masih berpura-pura berjuang mengatasnamakan untuk kemajuan pendidikan, ternyata tidak ada kejujuran dan tidak ada keikhlasan. Tolong pendidikan jangan dipolitisir, tapi pendidikan perlu kebijakan politik ya. Tentu kebijakan yang tanpa kepentingan politis, kebijakan yang mengedepankan kepentingan pendidikan itu sendiri. Peningkatan SDM anak bangsa. Mulai dari mana kita memperbaiki sistem pendidikan ini? Kapan kita akan sejajar dengan Finlandia yang telah dinobatkan menjadi peringkat pertama dalam sistem pendidikan. O

Tidak ada komentar: