Selasa, 29 Januari 2013

Kau Hancurkan

Firdaus Komar Wartawan Mengapa Kau Hancurkan? SAYA tercengang mendengar cerita mereka yang kuliah, kemudian ada yang menawarkan jasa pembuatan skripsi dan tesis. Belum lagi ada mafia pembuatan ijazah aspal (asli tapi palsu). Dengan kejadian itu, orang tidak perlu kuliah, tidak perlu belajar cukup dengan membeli ijazah. Akibatnya yang dikejar ijazah, tidak ada lagi kompetisi dan kreativitas untuk memunculkan ide-ide dalam pergumulan dalam proses pendidikan. Toh yang dikejarnya hanya selembar ijazah, ternyata ijazah gampang diperoleh. Betapa bobroknya moral anak bangsa kita. Mengapa kau hancurkan ini? Mereka telah menghancurkan sendi-sendi dunia pendidikan. Suatu dunia yang seharusnya tetap mempertahankan nilai-nilai etika, kejujuran, nilai-nilai idealisme. Kini semuanya terbongkar, jungkir balik, bak sirkus yang menjadi tontonan dunia. Dengan kondisi pendidikan yang demikian parah, terdapat korelasi ketika produk pendidikan ini memiliki kekuasaan, yang saat ini memegang tampuk jabatan penting. Bukankah produk ini juga yang cenderung berperilaku korupsi, mengabaikan etika publik, dan tidak lagi memiliki nilai-nilai atau pun malu dengan diri sendiri. Mungkin juga sangat pantas dikatakan tidak punya iman lagi. Semua tingkatan dalam perilaku organisasi menjadi sebuah mafia. Di Senayan ada mafia anggaran. Mau masuk anggaran, ada mafia yang siap sogok, siap suap sana sini. Dalam proses peradilan juga ada mafia hukum. Mau hukuman ringan, mau hukuman berat, atau mau bebas hukuman. Semuanya dapat dipesan diorder ibarat pesan makanan. Ada tingkat harga dan barang. Begitulah lingkaran setan yang tidak habisnya, ketika pejabat berkeinginan membenahi sistem pendidikan kita tidak pernah bisa, karena yang mau membenahi ini juga termasuk dalam lingkaran mafia yang juga produk dari sistem pendidikan yang makin terpuruk tadi. Pertanyaannya siapa dan mengapa dihancurkan? Dengan kondisi demikian, bangsa kita yang memiliki nilai-nilai budaya yang begitu tinggi apa tidak mampu lagi membedakan mana yang baik dan buruk. Mengapa Finlandia dan Korea mampu menjadi memiliki peringkat sistem pendidikan terbaik dunia. Apakah pemimpin sudah buta, ketika harus belajar dari luar. Inilah yang menyedihkan! Sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia. Berdasarkan tabel liga global yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson, sistem pendidikan Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Tempat pertama dan kedua ditempati Finlandia dan Korea Selatan, sementara Inggris menempati posisi keenam. Peringkat itu memadukan hasil tes internasional dan data, seperti tingkat kelulusan antara tahun 2006 dan 2010. Sir Michael Barber, penasihat pendidikan utama Pearson, mengatakan, peringkat disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara memberikan status tinggi pada guru dan memiliki ‘budaya’ pendidikan. Perbandingan internasional dalam dunia pendidikan telah menjadi semakin penting dan tabel liga terbaru ini berdasarkan pada serangkaian hasil tes global yang dikombinasikan dengan ukuran sistem pendidikan, seperti jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat universitas. Dengan peringkat berdasarkan status tinggi pada guru dan memiliki budaya pendidikan. Dua item ini menjadi catatan hitam bagi kita. Laporan itu juga menekankan pentingnya guru berkualitas tinggi dan perlunya mencari cara untuk merekrut guru terbaik. Hal ini meliputi status dan rasa hormat serta besaran gaji. Bagaimana mungkin kita akan menghasilkan guru berkualitas, jika guru bukan berada dalam status kelas nomor wahid. Bayangkan dari input, yang masuk sekolah guru cenderung bukan dari pilihan dari mereka yang memiliki kualitas. Mereka kalah dengan orang mau menjadi dokter, mau menjadi sarjana teknik, atau sarjana ekonomi. Terhadap mereka yang menghancurkan sistem ini dan terhadap mereka masih berpura-pura berjuang mengatasnamakan untuk kemajuan pendidikan, ternyata tidak ada kejujuran dan tidak ada keikhlasan. Tolong pendidikan jangan dipolitisir, tapi pendidikan perlu kebijakan politik ya. Tentu kebijakan yang tanpa kepentingan politis, kebijakan yang mengedepankan kepentingan pendidikan itu sendiri. Peningkatan SDM anak bangsa. Mulai dari mana kita memperbaiki sistem pendidikan ini? Kapan kita akan sejajar dengan Finlandia yang telah dinobatkan menjadi peringkat pertama dalam sistem pendidikan. O

Mau Enaknya

Harmonika Firdaus Komar Wartawan Mau Enaknya! SAAT ditanya apa yang masih membuat Anda bangga hidup di Indonesia? Kita menjawab negeri Indonesia kaya dan dengan budaya yang beragam! Kekayaan yang mana? Mengapa kekayaan kita hanya didikmati segelintir orang. Orang tertentu yang mendapat akses dengan pejabat dan aparat! Kita bangga dengan dengan kebudayaan yang beragam, unik! Tapi sayang kebijakan soal membangun budaya ini belum menjadi hal utama bagi pemerintah. Lantas apa yang menjadikan kita bangga? Nyaris anak negeri ini tidak lagi punya kebanggaan. Hampir semua yang kita miliki sudah ‘tergadaikan’. Utang luar negeri yang menjerat sampai kepada cucu kita nanti. Bukankah negeri kita pun tergadaikan di saat-saat kita tidak mandiri, daya saing rendah, peringkat pendidikan terendah di dunia. Apalagi yang mau kita jual? Ketika anak-anak tidak ada pilihan lain. Sistem yang memaksa dengan kondisi anarkis yang amburadul makin membuat anak-anak kehilangan arah. Kaum terdidik pun tidak mau untuk belajar keras dan kerja keras. Karakter malas mengakibatkan menjadi mau enaknya aja! Kekhawatiran itu muncul, ketika faktor kemalasan menjadi alasan masuk dalam perangkap hedonisme dan materialisme. Inilah muara kungkungan neokolonialisme. Tentu saja diperlukan dukungan kebijakan untuk tidak terperosok ke dalam perangkap neokolonialisme. Fenomena neokolonialisme cenderung mencerabut nilai-nilai budaya lokal. Betapa neokolonialisme sudah merasuk ke dalam sum-sum dan sendi-sendi masyarakat kita. Dari pakaian, aksessoris, makanan, sampai kepada perilaku yang mengutamakan kekuatan merek. Merek asing telah menjerembab perilaku gaya hidup yang kadang-kadang tidak substansial. Contoh saja di Kota Palembang, baru-baru ini didirikan gerai kuliner sejenis donat. Waw… luar biasa baru-baru buka sampai-sampai memacetkan jalan. Saya juga heran, apa yang menjadi istimewa makanan sejenis donat ini. Saya tidak tertarik untuk mampir dan membeli donat itu bukan saya tidak suka donat. Tapi inilah saya pikir, mengapa saya harus dijajah lewat makanan oleh pihak asing. Justru saya masih bangga dengan istilah donat kampung buatan ibu-ibu yang dijual keliling kampung. Donat dengan gula halus, terasa lebih gurih dan membanggakan sekaligus membangkitkan ekonomi rakyat. Bila kita keliling tanah air pandangan mata tidak akan lepas dari logo-logo kuliner asing di tepi jalan, baik di kota besar, sedang, bahkan juga kota kecil. Di antaranya Kentucky Fried Chicken/KFC, Pizza Hut, Mac Donald dan lain-lain. Kita dapat menebak apakah itu sebagai wujud neo-kolonialisme dalam bidang kebudayaan, atau ekonomi? Keduanya bisa dijawab. "Kalau Anda setuju" baik kebudayaan maupun ekonomi. Menikmati kuliner asing ketimbang kuliner asli, bagi yang menyukainya membawa rasa bangga tersendiri. Merasa lebih tinggi gengsinya, dibandingkan dengan makan di warung gado-gado, pecal, nasi uduk atau bubur ayam. Tentu saja masih ingat slogan Bung Karno yang terkenal dan hingga kini tetap dikagumi. "Berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan." Slogan itu dicetuskan untuk menghadapi apa yang disebut Bung Karno sendiri sebagai neo-kolonialisme. Menurut Bung Karno, kolonialisme dalam bentuk barunya tidak lagi berupa kolonisasi secara militer, tapi juga dalam bidang politik, ekonomi dan kebudayaan dengan cara-cara yang lebih halus. Itulah yang disebut neokolonialisme. Kita masih dapat mencamkan pesan Bung Karno itu dengan konteks sekarang. Kalau kita perhatikan kecenderungan menikmati kuliner asing sudah merupakan kebudayaan baru bagi sebagian orang Indonesia. Itulah segi budayanya. Dari aspek ekonomi, dipastikan setiap potong daging ayam atau donat merek asing yang dimakan, sudah tentu akan menambah kocek perusahaan-perusahaan kuliner internasional yang pusatnya entah di AS atau salah satu negara besar di Eropa. Apa boleh buat, bisa saja kita berpendapat peringatan Bung Karno sekian puluh tahun yang lalu itu benar. Dari segi ini neokolonialisme bidang ekonomi dan kebudayaan telah menyerbu rumah kita, entah melalui serambi depan atau belakang. Kita cukup khawatir generasi yang akan datang, makin meninggalkan budaya-budaya asli yang sebenarnya memiliki bobot dan kualitas. Mungkin saja pada generasi akan datang tidak kenal lagi mau kong-kow ke warung gado-gado, pecel, atau loteks. Mereka lebih suka ke kuliner asing yang menyediakan hotspot 24 jam dan bukanya pun 24 jam. Menghadapi tantangan ini, sebenarnya kita tidak bisa menyalahkan juga pada tataran kebijakan bisnis. Pengusaha dan pemerintah perlu juga mendorong membuka gerai-gerai makanan khas Indonesia dengan fasilitas yang tidak kalah tentu saja. Oleh karena itu sangat penting membuat gerai-gerai yang lebih nyaman dengan makanan khas lokal Indonesia. O
Kiamat Firdaus Komar Wartawan HEBOH soal kiamat mau datang sejak lama. Kiamat dikatakan akan terjadi pada 2012. Siapa yang bisa memprediksi hari kiamat? Tapi rumor kiamat telah menjadi pembicaraan manusia di muka bumi ini. Tak heran banyak sekali tingkah aneh manusia di dunia terkait menghadapi akan berakhirnya dunia ini. Kiamat sangat erat hubungannya dengan keyakinan atau keimanan seseorang. Jangan menghadapi kiamat, mati pun memang manusia harus siap menghadapinya. Satu kata kunci, kiamat memang akan terjadi. Tapi tidak tahu kapan kejadian itu. Dalam rukun iman dalam Islam mengenal dengan iman atau percaya pada hari akhir. Inilah yang dimaksud dengan akhir dari kehidupan di dunia. Tapi kiamat dalam rumor berkembang saat ini adalah bertepatan dengan berakhirnya kalender hitung panjang Suku Maya. Anehnya ada-ada saja perilaku manusia menghadapi rumor kiamat 21 Desember 2012, yang bertepatan dengan berakhirnya kalender hitung panjang (long count) Suku Maya tersebut. Masih ingatkan, kita menyaksikan saat-saat mengulang kembali kepanikan massal sebagian penduduk bumi saat menghadapi Y2K, menjelang pergantian milenium, tahun 2000 lalu. Isunya pada waktu itu, akan terjadi perubahan dalam angka nol, karena kembali ke tahun 2000. Menghadapi kiamat seorang penduduk Desa Qiantun, Liu Qiyuan (45) menciptakan sebuah bola raksasa anti-tsunami yang diyakini bisa menyelamatkan dirinya saat kiamat tiba. Mantan petani dan pembuat perabot rumah tangga itu merancang "perahu Nuh" berbentuk bulat itu untuk tahan menghadapi tsunami dan gempa bumi dahsyat. Bola raksasa itu dibuat dari bahan gelas fiber yang melapisi kerangka baja. Pembuatan bola anti-kiamat ini memakan biaya 30.000 poundsterling atau sekitar Rp 465 juta. Bola itu dilengkapi tangki oksigen, makanan dan air bersih. "Bola ini akan tahan meski dihantam gelombang laut setingg 1.000 meter. Ini seperti bola ping pong. Kulitnya mungkin tipis, tapi bisa menahan banyak tekanan," kata Liu di bengkelnya yang berjarak satu jam dari ibu kota Beijing. Di Siberia, isu kiamat telah merenggut korban jiwa: seekor kucing. Binatang malang itu disiksa dan dibunuh dua penderita skizofrenia, yang mengaku membutuhkan sembilan nyawa agar selamat dari kiamat. Pelaku, saudara kembar berusia 43 tahun yang tak disebutkan namanya yakin, mereka adalah "alien". Konon, pesawat luar angkasa mereka telah pergi dari Bumi, untuk melarikan diri dari kiamat. Namun malang, mereka tertinggal. Pihak Kepolisian Novokuznetsk menjelaskan, itulah yang membuat mereka merasa perlu mengambil langkah altenatif, menghabisi sembilan nyawa. Tak hanya itu, si kembar yang mengunjungi Novokuznetsk untuk menemui orangtua mereka, membarikade diri di sebuah apartemen. Semua cermin, juga TV dipecahkan. Alasannya, dalam benda yang memantulkan bayangan, tersembunyi setan. Saat ibu mereka yang sepuh ingin kabur, tak tahan menghadapi tindakan tak waras itu, pelaku menariknya hingga perempuan malang itu terjatuh dan kakinya retak. Suara ribut dan teriakan sang ibu membuat para tetangga memanggil polisi. Namun, tak ada sanksi hukum bagi kedua pelaku. Mereka dinyatakan sakit jiwa dan harus mendapatkan perawatan di RSJ. Masih di sekitar Rusia, seorang mahasiswa asal Dnipropetrovsk, Ukraina, Andrei Iltchenko tahu pasti apa yang harus dilakukan jelang "kiamat". "Kami membeli makanan dan alkohol untuk menyambut kiamat. Lalu turun ke bunker kami," kata dia seperti dimuat situs BD Live. Iltchenko mengaku siap membuat "perjamuan terakhir" di bunker peninggalan era Uni Soviet. Sementara itu, penduduk kota Omutninsk di Rusia yang panik menguras barang-barang di toko, menyusul laporan sebuah media lokal tentang antisipasi "koniec sveta", kiamat dalam bahasa Rusia. Setelah diusut, editor koran itu ternyata lupa menyebut, tak perlu menanggapi serius artikel itu. Apa yang terjadi di Kota Dolgoprudny, dekat Moskow bahkan lebih parah. Seorang pria 19 tahun yang kebingungan soal isu kiamat, menghajar empat orang dengan barbel, salah satu korbannya adalah anak berusia tiga tahun yang dilaporkan koma. Lainnya justru memanfaatkan kiamat untuk bisnis. Di Kota, Tomsk, Siberia, produk peralatan darurat laris manis. Dijual seharga US$ 30 atau sekira Rp 288 ribu, pembelinya akan menerima ransum makanan, lilin, korek api, sabun, dan permainan untuk menghibur diri saat kiamat terjadi. Demikian fenomena umat di muka bumi menghadapi kiamat telah membawa korban. Ketidaktahuan dalam bingkai pengetahuan tentang kiamat, telah membuat kacau-balau. Perlu dipahami satu keyakinan itu muncul dipastikan berawal dari keraguan. Keraguan akan memunculkan pertanyaan untuk mencari sebuah jawaban. Satu jawabannya adalah bermuara kepada keyakinan dalam beragama. Karena agama akan menjawab dari keraguan umat di bumi ini. O

Tersakiti

Firdaus Komar Harmonika Tersakiti MEMBICARAKAN isu perempuan memang tidak ada habisnya. Seiring makin tuanya zaman dan sudah diisukan akan kiamat, membahas perempuan tidak ada habisnya. Isu gender juga melekat berkaitan dengan pembagian peran antara perempuan dan laki-laki. Di Indonesia tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai hari Ibu secara nasional. Ibu menggambarkan sosok perempuan dalam melakukan peran saat menjadi ibu. Karena posisi sebagai ibu, seorang perempuan memiliki tugas dan tanggung jawab besar. Bukan hanya fungsional secara bilogis yang dimiliki perempuan yaitu menstruasi, hamil, dan melahirkan. Tetapi kadang-kadang di luar kodrati dan secara tradisi tugas perempuan tidak hanya melakukan ketiga hal kodrati. Tradisi yang cenderung menempatkan perempuan dalam posisi sub-ordinasi di bawah laki-laki. Padahal dalam melaksanakan peran, tugas, tanggung jawab, dan fungsi di luar kodrati merupakan konsesi yang dapat dinego antara perempuan dan laki-laki. Di luar kodrati yaitu, menentukan keputusan dan pilihan dari ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan serta termasuk kehidupan seksks antara perempuan dan laki-laki seharusnya memiki kesamaan hak dalam mengatur dan menentukan pilihan. Ya ibarat dalam musyawarah, dalam proses pengambilan keputusan perlu win-win solution. Artinya keberimbangan dan keselarasan perlu dijaga. Ibarat dikata, perempuan itu bekerja di rumah dari matanya bangun tidur sampai mata suami tidur lagi. Hal ini menggambarkan betapa tugas dan pembagian peran dilakukan oleh perempuan. Saya masih ingat di desa, betapa pekerjaan perempuan dari dinihari telah bangun dan berada di dapur sampai menyiapkan makanan dan minuman. Bandingkan suaminya, bangun tidur mandi kemudian langsung menikmati makan dan minum. Urusan penyiapan sarapan pagi sudah selesai ditambah urusan anak sekolah kemudian belum lagi mencuci pakaian. Mungkin saja perempuannya ikhlas dalam melaksanakan peran demikian, lantas apakah dasar ikhlas itu memang sudah tradisi atau karena hegemoni laki-laki? Kita tidak menutup mata ada juga sosok ibu jauh dari gambaran ideal yang diharapkan. Apa yang menjadi sosok ibu yang ideal. Media massa banyak kita baca sosok ibu yang tega membunuh anaknya, menganiaya hingga anak cedera dimana-mana, menjual bayinya, memberikannya pada pelacur, memperkerjakan anak dibatas kemampuannya tanpa memberikan haknya secara layak. Maka, bagaimana mungkin seorang ibu akan bisa mencetak generasi emas peradaban, jika sedikit sekali seorang ibu yang layak menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya. Bagaimana mungkin pula akan tercipta generasi yang bijak dalam menghadapi hidup, jika sososok ibu yang diharapkan ada di sampingnya selalsibuk dengan karir dan mengabaikan tugas utama bersama keluarga. Tentu saja kekuatan seorang ibu perlu didukung oleh laki-laki. Satu sisi kita memberikan harapan bahkan menjunjung tinggi kehormatan ibu sebagai pencetak generasi andalan ini, jika seorang ibu lebih memilih dirinya disibukkan hanya dengan hal-hal yang hanya menunjang ekonomi keluarga, atau sekadar eksistensi diri dan pengakuan masyarakat saja. Oleh karena itu, tugas utama seorang ibu tetap dilaksanakan. Tentu saja perlu pembagian peran, tugas dan tanggung jawab bersama. Bagaimana posisi laki-laki? Kasus Aceng Fikri (Bupati Garut, Jabar) yang menikah kilat dapat menjadi contoh. Kasus ini menjadi sorotan publik, mengingat Aceng adalah pejabat publik. Betapa kaum perempuan gampang dan tentu menjadi sosok perempuan yang tidak mampu menjadi panutan. Sama halnya ketika pejabat publik tertinggi di Kota Palembang juga berniat dan telah menceraikan istri pertamanya, dan diketahui sang pejabat telah kawin lagi dengan wanita lain menjadi istri mudanya. Kita tidak menyalahkan seseorang mau kawin lagi atau cerai lagi. Tapi yang lebih penting jangan sampai landasan menceraikan itu pada akhirnya terjadi kasus kekerasan rumah tangga dan tidak bisa menjaga dan menempatkan kehormatan perempuan. Apalagi hal itu dilakukan oleh pejabat publik yang memiliki peran penting dan bukan sembarangan. Ada kecenderungan seseorang yang telah memiliki tahta, harta pada akhirnya yang selalu dicarinya adalah wanita. Rumus tiga ‘ta’ ini sering menjatuhkan seseorang tidak lagi menjadi referensi, tapi ketiga ‘ta’ ini juga yang dikejar. Seakan-akan beriring menjadi satu kesatuan, setelah mendapatkan tahta, harta, dan cenderung akan lebih gampang mendapatkan wanita. Karena satu kondisi yang memprihatinkan juga wanita tidak memiliki pendidikan yang cukup, kemudian terbelit dengan kemiskinan. Kecuali dengan cara kawin dengan sudut pandang tahta dan harta itu juga yang akan membuatnya jadi berharta. Mungkin bisa tampil ke publik dan bahkan dapat mengakses pendidikan dengan kuliah. Tapi pada sisi berbeda ada satu perempuan lagi yang tersakiti dan terjatuh. O

Ruang Kebahagiaan

Ruang Kebahagiaan HARMONIKA Firdaus Komar Wartawan PERTANYAAN yang selalu muncul. Apa yang dicari di dunia ini? Mungkin saja seseorang mencari harta yang banyak. Wajar saja, karena tidak ada larangan jika seseorang bercita-cita ingin jadi kaya raya. Kaya tentu saja dengan indikator yang sederhana dengan mengumpulkan harta banyak. Masalahnya harta yang dikumpulkan apakah diperoleh dengan cara yang halal dan juga digunakan untuk kebaikan bukan untuk maksiat. Lantas apakah dengan menumpukkan harta yang banyak seseorang sudah mencapai rasa kebahagiaan . Mungkin juga seseorang itu bahagia. Boleh jadi kebahagiaan itu sama-sama dirasakan dengan kelompok syetan. Karena biasanya syetan paling suka ada temannya. Selain harta mungkin juga orang mencari jabatan. Demi sebuah jabatan atau kekuasaan atau tahta seorang biasanya siap melakukan apa saja. Tidak peduli lagi dengan etika, hanya satu yang dipikirkannya untuk mendapatkan kekuasaan dan jabatan. Motivasi dan ambisi mendapatkan jabatan, tentu saja tidak ada larangannya. Lantas cara mendapatkan kekuasaan itu yang perlu dikritisi. Wajar saja jika kekuasaan perlu direbut, tapi untuk apa. Merebut kekuasaan tentu saja bukan untuk kepentingan dirinya atau golongannya saja. Apa yang terjadi ketika orang merebut kekuasaan yang dipikirkannya untuk melipatgandakan kekuasaannya. Apa yang terjadi betapa dahsatnya virus kekuasaan juga ada di Sumsel. Seorang kepala daerah tidak lagi malu, menginginkan istrinya atau anaknya untuk merebut kekuasaan lagi. Soal kapasitas building dan kemampuan kepemimpinan menjadi nomor sekian, tapi siapa yang memiliki akses kekuasaan dan uang itu akan lebih mudah mendapatkan kekuasaan. Lantas apakah mereka yang menikmati kekuasaan itu telah bahagia. Belum tentu. Seandainya Anda sudah menonton film Ainun & Habibie yang saat ini masih diputar di bioskop, betapa dalam film itu digambarkan kesulitan untuk mendapatkan waktu bersama dengan keluarga menjadi sulit, ketika Habibie setelah menjadi Menteri dan diangkat menjadi Presiden. Belum lagi ancaman dan godaan begitu terus menghampiri dari sebuah kekuasaan. Praktis Habibie yang sedang berkuasa tidur pun hanya satu jam. Kebahagiaan Ainun dan Habibie dapat menjaga integritas sebagai pejabat dan istri pejabat, ketika ada rekanan pengusaha yang memaksa untuk memenangkan perusahaannya. Suap berupa uang dan jam tangan ditolak mentah-mentah oleh Ainun. Dalam kondisi saat ini sosok tegas dan tegar seperti yang dilakukan Ainun sangat diperlukan. Jangan sebaliknya, justru istrinya yang makin menuntut dan menoleransi menerima suap. Sekelumit melalui lensa film, mungkin kebahagiaan diperoleh oleh Habibie dan Ainun, tapi benarkah demikian? Hanya Habibie dan Ainun yang bisa merasakan dalam ruang kebahagiaan yang dia miliki. Walaupun klise bahwa ruang kebahagiaan tidak ditentukan berapa materi dan harta, tahta serta wanita yang dia miliki. Tahta, harta, wanita adalah satu sisi yang dapat memberikan inspirasi dan mencapai kebahagiaan dengan memenuhi ruang-ruang kebahagiaan. Tapi tiga ‘ta’ itu juga dapat menjatuhkan seseorang. Kasus Aceng Fikri dan beberapa pejabat yang nekat kawin cerai, bisa jadi dapat menjatuhkannya. Tapi dalam ruang bahagia, mungkin juga pejabat itu justru merasa bahagia ketika dalam pelukan wanita yang lebih muda. Baru-baru ini diberitakan di Kompas, yang mengutip survei dari Gallup menunjukkan uang tidak dapat membeli kebahagiaan. Itulah yang terlihat ketika warga negeri jiran yang kaya, Singapura, menempati urutan pertama di dunia sebagai yang paling tidak gembira dan positif dalam menjalani kehidupan. Walaupun menempati urutan kelima negara dengan GDP perkapita tertinggi di dunia, mungkin terlalu banyak hal yang dipikirkan dan dikeluhkan warga Singapura. Survei menunjukkan hanya 46% % warga Singapura yang menjawab merasa gembira dgan hidupnya. Persentase itu bahkan lebih rendah dari warga Irak dan Afganistan yang negaranya diporak-porandakan oleh perang. Sebanyak 50 dan 55% warga Irak dan Afganistan menyatakan hidup mereka bahagia. Artinya yang kita bayangkan, nyawa dalam ancaman, pada kenyataannya mereka bahagia. Pertanyaan survei sendiri mencakup apakah memiliki tidur yang cukup dan nyenyak, apakah sering tersenyum atau tertawa, apakah memiliki banyak kegembiraan dalam hidup. Survei dilakukan di 148 negara pada 2011 di mana hasil survei baru dipublikasikan 19 Desember 2012. Negara Amerika Tengah, Panama menempati urutan pertama sebagai yang paling gembira dan positif. Sebanyak 85% responden negeri itu menyatakan merasakan hidup yang positif walaupun GDP perkapita mereka hanya berada di urutan 90 di dunia. Sementara itu, Indonesia sendiri berada di urutan ke-19 dengan 79% responden merasa gembira dan positif. Survei ini sendiri mengundang reaksi di Singapura. Pakar ternama sosiologi dari National University of Singapore (NUS), Profesor Paulin Straughan meragukan hasil survei tersebut. O
Masih Adakah? Firdaus Komar Wartawan SELALU pertanyaan itu muncul. Masih adakah yang bikin kita bangga di negeri ini? Sumber daya alam yang berlimpah selama ini menjadi kebanggaan bangsa kita, ternyata belum mampu mewujudkan kebanggaan anak negeri. Pengurusan dan kebijakan yang salah justru kekayaan SDA itu tidak membikin anak negeri menikmatinya. Memperjuangkan upah buruh yang standar saja sulitnya setengah mati. Kini pemerintah menaikkan tarif dasar listrik (TDL). DI tengah iklim ekonomi yang morat-marit, sulitnya untuk mendapatkan pekerjaan dan tingkat pengangguran yang makin tinggi, pada tahun baru 2013 rakyat kita dihadapkan dengan kondisi yang makin tidak mengenakkan. Salah satunya yaitu dengan kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Bukan hanya TDL yang bakal naik, komponen lain juga hampir dipastikan akan naik. Banyak alasan untuk menaikkan komponen barang dan jasa lain, hal ini karena dampak domino akibat kenaikan TDL. Dengan alasan makin tingginya biaya produksi dan berbagai biaya lainnya akan mempengaruhi harga-harga yang lainnya. Di lain pihak upah buruh tidak mengalami kenaikan, bahkan kesejahteraan pekerja makin memprihatinkan. Terutama fasilitas Askes, Jamsostek, dan tingkat kesejahteraan lainnya yang tidak diperhatikan oleh pemilik modal atau pengusaha. Tentu saja pada awal tahun 2013 adalah kabar yang kurang mengenakkan bagi sebagian masyarakat kita terutama dari keluarga kurang mampu alias miskin. Pemerintah mulai 1 Januari 2013 memberlakukan kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Saya jamin, barang-barang kebutuhan masyarakat pasti ikut naik. Jika TDL naik sebesar 15 persen, kenaikan kebutuhan masyarakat sudah pasti melebihi angka itu, bisa-bisa mencapai 30-40 persen. Berkaitan dengan PLN tentu saja PLN memiliki hitung-hitungan karena selama ini PLN mengaku rugi dan ditambal dengan subsidi. Pertanyaan mengapa untuk menutupi masalah PLN ini, justru rakyat yang jadi sasaran. Bukankah dampaknya luar biasa, bisa-bisa akan menambah deretan rakyat di bawah garis kemiskinan. Mengapa pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan yang kreatif, bukan hanya bisa menaikkan harga saja. Kreatif dalam pengertian dapat meningkatkan income atau pendapatan negara dengan mengembangkan kebijakan ekonomi yang berbasis ekonomi rakyat. Selain itu sudah seharusnya pemerintah menjadikan Indonesia ini sebagai kawasan investasi dari negara luar. Dengan makin banyaknya investasi maka akan memberikan dampak terhadap perbaikan ekonomi rakyat. Investasi ekonomi produktif justru akan meningkatkan daya saing bangsa Indonesia. Oleh karena itu, tentu saja pilihan investasi ini juga harus dikembangkan dengan melihat beberapa indikator. Terutama bahan baku yang memang potensial di tingkat hulu, kemudian pasar di Indonesia saja sudah bisa menjamin dalam mengatasi problem pemasaran. Oleh karena itu kualitas produk dan jaminan pasar satu hal yang sangat penting. Hal ini bisa dilakukan dengan oleh pemerintah dengan meningkatkan iklim internal kebangsaan kita, tentu saja modal utama yaitu kondisi aman yang kondusif sangat mendukung iklim investasi. Kedua kebijakan pemerintah sangat penting, agar dalam mendatangkan investasi bukan merugikan bangsa sendiri, justru sebaliknya bagaimana mendatangkan investasi itu akan memberikan benefit bagi negara dan rakyat. Selain itu, di tengah ekonomi global yang sangat dahsyat maka tingkat kepercayaan rakyat kepada pemerintah satu syarat utama. Karena dengan modal kepercayaan yang tinggi, maka akan lebih mudah mengampanyekan dan mengajak rakyat untuk selalu mengonsumsi dan menggunakan produk dari karya anak negeri. Dalam membangun kepercayaan diperlukan integritas, kejujuran, ketulusan, berkompetensi, pengetahuan dan kemampuan, loyalitas, serta konsisten antara tindakan yang dilakukan dari awal sampai akhir. Kepercayaan akan mulai timbul pada saat suatu relasi mulai terjadi dan kepercayaan tersebut akan mengalami perubahan secara konstan selama relasi tersebut terus terjalin. \Kepercayaan merupakan sesuatu yang tidak mudah dikembangkan. Namun, yang sangat menyedihkan adalah kepercayaan itu sangat mudah untuk dihancurkan, terutama kalau ada pihak-pihak tertentu yang dengan sengaja menggoyahkannya. Untuk itu selain memberikan kepercayaan kepada orang lain, kita tetap harus waspada dan hati-hati, karena kepercayaan mudah untuk dihancurkan Buatlah kebanggaan bagi rakyat kita untuk menggunakan produk dalam negeri. Mungkin Korsel bisa dicontoh, bagaimana dari tingkat pemimpin hingga rakyat bangga menggunakan produk lokal. Misalnya saja dalam penggunaan mobil, betapa mobil produk Korsel merek Hyundai menjadi kebanggaan rakyatnya. Ini memang harus dilakukan oleh pejabat, menggunakan produk dalam negeri itu bukan pencitraan saja, tapi memang karena muncul rasa cinta sejati, cinta mati dengan produk anak negeri. O

Mengubur RSBI / SBI

Mengubur SBI/RSBI Harmonika Firdaus Komar Wartawan SEJAK tanggal 8 Januari 2013, tidak ada lagi yang namanya rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI). Sejak itu, SBI dan RSBI telah dikubur. Pada hari itu Mahkamah Konstitusi (MK) telah mencabut roh dari 1.300 RSBI seluruh Indonesia. Keputusan MK mengikat dan final tidak bisa ditinjau atau dikaji secara hukum lagi. Ada beberapa alasan yang membuat MK membatalkan Pasal 50 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Setidaknya ada tiga alasan utama yang digunakan MK dalam putusannya, yaitu diskriminasi perlakuan, kesempatan bersekolah, dan kebanggan atas budaya bangsa sendiri. Diskriminasi perlakuan, menurut MK, terjadi akibat pembedaan SBI/RSBI dengan sekolah lain. Pembedaan tersebut menyangkut aspek sarana dan prasarana dan pembiayaan. Pembedaan perlakuan demikian bertentangan dengan prinsip konstitusi yang harus memberikan perlakuan yang sama antarsekolah dan antarpeserta didik apalagi sama-sama sekolah milik pemerintah. Mahkamah juga berpendapat program RSBI/SBI akan lebih banyak dimanfaatkan oleleh siswa dari keluarga kaya. Beasiswa hanya disiakan untuk menampung anak-anak sangat cerdas yang jumlahnya tidak banyak. Dengan demikian anak-anak yang tidak mampu dan kurang cerdas tidak mungkin dapat bersekolah di SBI/RSBI. Padahal, pendidikan berkualitas seharusnya bisa dinikmati oleh semua dan sepenuhnya harus dibiayai oleh negara sebagaimana diamanatkan Pasal 31 ayat (2) UUD 1945. Selain itu sekolah bertaraf internasional berpotensi mengikis kebanggaan terhadap bahasa dan budaya nasional. Berpotensi mengurangi jatidiri bangsa yang harus melekat pada setiap peserta didik, mengabaikan tanggung jawab negara atas pendidikan, dan menimbulkan perlakuan berbeda untuk mengakses pendidikan yang berkualitas sehingga bertentangan dengan amanat konstitusi. Tentu saja dengan penghapusan SBI dan RSBI prinsip yang pertama jangan sampai merugikan anak didik. Upaya peningkatan mutu pendidikan melalui program SBI atau RSBI dapat dipertahankan. Upaya menyeluruh pendidikan sebagai implementasi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diselenggarakan dengan acuan standar pendidikan sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menekankan pentingnya delapan standar pendidikan, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kematian RSBI dan SBI bukan berarti tidak bisa diambil beberapa nilai-nilai positif. Keberadaan sekolah yang selama menerapkan RSBI dan SBI dalam peningkatan kualitas memang perlu dipertahankan. Beberapa hal yang cenderung negatif adalah penentuan sumbangan sarana prasarana. Orangtua siswa diminta memilih sumbangan, tapi anehnya jumlah uang yang harus dibayar sudah ditentukan. Seperti yang terjadi di SMPN 1 Palembang. Pihak sekolah membentuk komite sekolah dalam suatu pertemuan singkat untuk memutuskan mengenai jumlah uang yang harus dibayar per siswa sebesar Rp4.000.000 dan SPP sebesar Rp300 ribu per bulan. Tentu saja dengan keputusan ini, pihak sekolah dapat saja mengembalikan kembali uang sarana dan prasarana itu. Jadi pertanyaan yang berkembang, ada satu item untuk membeli AC dan beberapa fasilitas di kelas seperti infokus dan proyektor. Bukankah tiap tahun membeli barang yang sama. Oleh karena itu yang paling penting uang sumbangan dari orangtua siswa dan bantuan dari pemerintah perlu diaudit. Jangan sampai terjadi bentuk-bentuk korupsi baru lagi. Kita tidak menutup mata, beberapa roh positif RSBI dan SBI tetap bisa menjadi acuan.Misalnya penetapan standar kompetisi guru yang harus S2 kemudian standar penilaian kegiatan belajar yang minimal 80. Tentu saja ketentuan ini masih bisa dipertahankan dan dapat dilanjutkan. Mungkin saja roh negatif yang harus dibuang adalah ketentuan yang harus membayar mahal. Inilah yang sering dipelesetkan RSBI (rintisan sekolah bertarif internasional, bukan bertaraf). Oleh karena itu berbagai permintaan dana melalui komite sekolah harus dihilangkan. Walaupun ada dampak kepentingan dana, itupun dibicarakan dan orangtua siswa ataupun masyarakat bisa saja memberikan sumbangan ke sekolah dengan sukarela. Contoh positif yang dilakukan oleh Pemprov Sumsel dengan adanya SMAN Sumsel kerja sama Sampoerna Foundation, dimana sekolah bertaraf internasional itu tidak membebankan biaya kepada orangtua siswa. Ini yang namanya sekolah berkualitas, bertaraf internasional tapi dengan biaya pemerintah. O

Guyon

Berguyon Firdaus Komar Wartawan SEKS bukan lagi urusan personal, ketika salah seorang anggota Komisi III DPR RI saat melakukan fit and proper test terhadap calon Hakim Agung Daming Sanusi. Saat itu Anggota Komisi III dari Fraksi PAN, Andi Azhar menyampaikan pertanyaan ke Daming Sanusi. Kira-kira pertanyaan begini, bagaimana menurut Anda, apabila kasus perkosaan ini dibuat menjadi hukuman mati?" Lantas Daming menjawab, yang diperkosa dengan yang memerkosa ini sama-sama menikmati, jadi harus pikir-pikir terhadap hukuman mati. Jawaban Daming pun sontak mengundang tawa di ruangan. Namun jawaban yang tidak terduga itu berbuntut panjang. Kabanyakan orang mengecam atas jawaban Daming. Fragmentasi di ruang Komisi III itu jadi isu hot dan pembahasan di media-media. Lantas Daming pun berdalih bahwa pernyataannya itu hanya untuk mencairkan suasana. Namun apapun alasannya, pemerkosaan bukanlah sebuah lelucon. Korban pemerkosaan adalah sangat pedih dan dipastikan merasa terpukul. Saya pun heran, makhluk seperti apa Daming Sanusi ini. Padahal kita tahu, kita semua lahir dari rahim ibu yang notabene adalah perempuan. Belum lagi kita punya saudara dan anak-anak yang mungkin ada yang perempuan. Berempati dan merasakan kepedihan korban pemerkosaan, bukan berarti keluarga Daming harus menjadi korban pemerkosaan. Oleh karena bukan hanya maaf kepada rakyat dan korban pemerkosaan. Ada baiknya, Daming Sanusi mundur dari jabatan hakim dan segera mohon ampun dan kembalilah ke jalan yang benar. Dengan jawaban seperti itu, betapa rendahnya intelektual seorang hakim. Pengetahuan soal seks juga sangat minim dan dangkal. Kelihatan, sang hakim tidak tahu membedakan antara korban pemerkosaan dan berzina. Jika kita melihat lagi mundur ke belakang, kasus-kasus yang berhubungan dengan masalah seputar seks dan selangkangan tidak ada habis-habisnya di negara ini. Mulai dari video porno pejabat, pejabat yang menyuruh tes keperawanan untuk murid sekolah perempuan, hingga kasus Bupati Aceng, di Palembang cukup heboh seorang Walikota Palembang Eddy Santana Putra mengawini seorang mantan model hot. Kemudian muncul surat edaran walikota Lhoksemauwe tentang larangan perempuan duduk "mengangkang" di motor yang masih belum tuntas diselesaikan. Eh, muncul lagi kasus pemerkosaan ini. Sepertinya, persoalan seks ini memang dianggap remeh dan mudah untuk menyelesaikannya sehingga tidak pernah diperhatikan secara serius dan diselesaikan dengan benar. Seks selalu dijadikan obyek yang merupakan hasil dari subjek pemikiran kotor serta minimnya pengetahuan seks yang benar. Lagi-lagi soal guyon. Guyon itu tak boleh sembarangan. Lebih tepatnya, guyon itu harus beradab. Karena dari tutur guyon juga menunjukkan posisi dan intelektual seseorang. Atau lebih tepatnya lagi, dalam berguyon itu ada aturan-aturan yang meskipun tidak tertulis tapi (selayaknya) dipatuhi oleh siapa saja yang guyon. Dalam berguyon tentu saja harus melihat situasi dan kondisi. Ada saat-saat yang boleh dijadikan waktu untuk guyon, tapi ada pula saat-saat dimana guyon sangat (sangat) tidak dianjurkan. Dalam candaan Daming tidak memperhatikan situasi dan kondisi. Di tengah keprihatinan kita atas kematian RI –yang diduga kuat sebagai korban perkosaan– dan di tengah menggebu-gebunya usaha kita meminimalisir terjadinya tindak kejahatan pelecehan seksual, seorang calon hakim agung malah melontarkan guyonan yang sangat bertentangan dengan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perlu digarisbawahi, tidak semua seisi dunia dan akhirat boleh dijadikan bahan guyonan. Atau lebih tepatnya, ada hal-hal tertentu yang tidak patut dijadikan bahan guyonan. Misalnya saja yang berkaitan dengan SARA, musibah, bendera negara atau sesuatu yang dikeramatkan –atau mungkin ada yang lain yang saya yang sifatnya soal agama. Kemudian dalam berguyon harus bisa mengukur diri. Harus bisa menilai siapa diri Anda dan siapa lawan bicara Anda. Perhatikan lawan guyon Anda, apakah dia tukang becak, sopir angkot, guru, dosen, kawan, anggota dewan, gubernur, presiden, menteri atau petani. Poin ini penting agar guyon Anda benar-benar ber-sense of guyon dan tidak menimbulkan malapetaka. Kini malapetaka itu menimpa Daming, tentu saja menjadi pelajaran bagi semua. Terutama pejabat publik yang memiliki tanggung jawab besar untuk membawa negara kita lebih baik. Ibarat kita dalam perahu, maka janganlah membiarkan perahu itu bocor. Justru kita harus menjaga perahu ini agar tetap melaju dan menuju cita-cita untuk kesejahteraan bersama. O

Upah Terkalahkan

Kenaikan Upah Dikalahkan Harga Firdaus Komar Wartawan 2013, tahun baru adalah sebuah harapan bagi semua orang. Tak terkecuali kaum buruh. Sangat logis harapan buruh pada tahun baru yaitu kenaikan upah. Perjuangan menaikkan upah, memang harus sabar saat menunggu momentum tahun baru. Sebaliknya, harga-harga begitu cepat naik, tak pernah sabar menunggu kenaikan gaji buruh. Harga naik terburu-buru, dan naiknya juga setiap saat. Jika gaji buruh mau dinaikkan harus pakai protes dan demo terlebih dahulu. Dari pemilik modal selalu banyak alasan untuk tidak menaikkan upah. Alasan yang paling sering dikemukakan karena perusahaan belum mampu. Tapi lain lagi dengan barang-barang, sembako atau peralatan kebutuhan rumah tangga tiba-tiba saja naik, tidak peduli kapan saja. Ekonomi pun tidak tahu jika upah buruh, upah karyawan belum juga naik. Kini di atas kertas upah buruh telah dinaikkan, tapi kebanyakan pemilik perusahaan keberatan dengan kenaikan upah. Sayangnya harga-harga tidak lagi mempedulikan kaum buruh untuk naik. Seandainya selama ini bisa membeli gula dua kg, kini gula cukup setengah kilogram. Selebihnya, jangan harap mau mendapatkan minuman manis lagi. Di tingkat lokal Sumsel, Gubernur Sumsel telah menetapkan upah minimum regional (UMR) Provinsi Sumsel sebesar Rp1.630.000. Pada hakikatnya, ketetapan ini menunjukkan keberpihakan seorang Alex Noerdin kepada kaum buruh. Bagi kalangan buruh dengan penetapan upah itu merupakan harapan baru. Artinya akan meningkatkan penghasilan buruh. Mudah-mudahan dengan kenaikan upah buruh akan membantu buruh dalam mencapai tingkat kesejahteraan. Namun demikian problem upah murah memang sangat kompleks dan tidak pernah bisa tuntas. Tak kunjung selesainya masalah upah murah, salah satunya akibat ekonomi biaya tinggi yang masih membebani para pelaku usaha. Ekonomi biaya tinggi menjadi kendala dari hulu hingga hilir, sehingga upah buruh rendah. Penyebab ekonomi biaya tinggi: pertama, masih tingginya suku bunga perbankan. Kedua, maraknya pungutan di daerah sehingga ongkos produksi membengkak. Dampak otonomi daerah banyak melahirkan peraturan daerah yang berujung pada pungutan atau pajak terhadap pengusaha. Sementara perusahaan-perusahaan di Indonesia cuma mengalokasikan rata-rata 10% untuk biaya pegawai. Bujet sebesar itu terbilang rendah ketimbang negara Asia Tenggara lain yang di atas 20%. Upah minimum sebenarnya ditujukan bagi pekerja lajang dengan masa kerja kurang dari setahun. Tapi pada praktiknya, upah minimum juga berlaku untuk pekerja yang sudah berkeluarga dengan masa kerja lebih dari setahun. Masalah upah buruh bisa kelar kalau hitung-hitungannya betul-betul berdasarkan indikator kebutuhan hidup layak. Sudah diamanahkan dalam konstitusi dasar negara kita bahwa pekerjaan dan penghidupan yang layak adalah hak setiap warga negara. Namun, fakta menunjukkan masih banyak ketidaksesuaian antara idealita dan realita, terutama terkait dengan kelayakan penghidupan. Hal ini dapat kita soroti dari salah satu indikator pengukur penghidupan yang layak, yaitu kesejahteraan buruh. Dewasa ini, telah terjadi penyempitan makna kata “buruh” itu sendiri. Setiap mendengar kata buruh, yang terpikirkan oleh kebanyakan orang adalah para pekerja kasar yang tidak berpendidikan dan bertaraf hidup rendah. Tetapi sebenarnya, menurut UU no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, buruh itu sendiri didefinisikan sebagai setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Jadi, istilah buruh di sini tidak hanya mencakup golongan pekerja kasar melainkan juga termasuk buruh profesional yang bekerja tidak menggunakan otot melainkan dengan otak. Sudah menjadi kewajiban pemberi kerja untuk memenuhi hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan mereka. Kebijakan pemerintah dalam menentukan upah minimum regional (UMR) belum cukup mampu menjamin kesejahteraan para pekerja. Upah minimum yang ditentukan pemerintah tersebut hanya mampu menutupi biaya hidup sehari-hari saja, belum mampu meningkatkan taraf hidup pekerja. Padahal, mengingat jumlah buruh yang tidak sedikit dan peranan mereka yang krucial, kesejahteraan mereka merupakan suatu indikator penting yang harus diperhatikan dalam upaya pembangunan nasional. Sudah seharusnya antara pengusaha, buruh dan pemerintah sebagai stakeholder, berperan dalam mewujudkan iklim usaha kondusif, termasuk pada perekonomian industrial sehingga menghasilkan efek positif dan maksimal bagi kesejahteraan. Kita harapkan para pengusaha jangan hanya memikirkan keuntungan, tapi kepedulian dalam meningkatkan kesejahteraan buruh mutlak perlu dilakukan. O