Jumat, 02 Agustus 2013

LEBARAN

Lebaran by Firdaus Komar LEBARAN. Demikian orang Indonesia menyebutkannya. Sejatinya adalah Idul Fitri. Pada momentum Lebaran inilah banyak hal yang menyertainya termasuk momen-momen yang tidak terlewatkan. Dari proses menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan, kemudian ada peristiwa membayar zakat, serta berbagai tradisi atau budaya yang menyertainya. Termasuk tradisi mudik, tradisi menyiapkan makanan dan minuman serta digelarnya halal bihalal. Dalam kontek Lebaran, kenyataannya memang momentum yang luar biasa. Namun yang perlu digarisbawahi momentum yang sebenarnya menjadi perintah Allah dalam rukun Islam yaitu perintah menjalankan puasa dan membayar zakat. Sedangkan Lebaran, semestinya dampak dari menjalan ibadah puasa. Bagaimana mungkin, jika umatnya tidak menjalankan perintah puasa juga ikutan merayakan Idul Fitri. Semestinya mereka yang merayakan kemenangan setelah menahan dan mengendalikan hawa nafsu selama Ramadhan adalah mereka yang menjalankan ibadah puasa. Daya magnet Lebaran memang luar biasa. Miliaran umat muslim se-dunia bersiap merayakan Lebaran. Betapa magnet Lebaran seakan-akan telah membius berbagai tingkatan masyarakat. Dari masyarakat tingkat bawah hingga kelas elit atas begitu disibukkan dengan persiapan Lebaran. Tidak bisa dibantah Lebaran yang menjadi ajang silaturahmi dan menjadi ukuran saat kembali suci dalam perayaan Idul Fitri. Pada sisi agama, sebelum Lebaran, umat muslim yang menjalankan ibadah puasa juga akan melaksanakan membayar zakat. Kekuatan pengumpulan zakat ini juga secara pembangunan ekonomi umat akan mengharmonisasi antara kaum kaya dan miskin. Karena di antara harta orang kaya adalah hak dan kepunyaan orang miskin. Seharusnya demikian. Magnet Lebaran juga secara ekonomi telah menghidupkan perekonomian, dari masa pelaksanaan puasa di bulan Ramadhan telah muncul pasar-pasar bedug dan pasar Ramadhan. Belum lagi pasar-pasar tradisional dan mal-mal pada ramai dikunjungi pembeli. Walaupun pada sisi berbeda, kesulitan ekonomi yang dialami masyarakat saat ini di tengah kenaikan harga-harga barang memang telah mempengaruhi warga terutama warga tingkat bawah dalam mepersiapkan Lebaran. Walaupun mereka tetap berusaha untuk tersenyum dan bergembira, senyum dan kegembiraan itu mungkin hanya manis di bibir tapi pahit di hati. Bayangkan saja untuk membeli dan memasak bumbu air ketupat saja mungkin sudah sulit. Apalagi jika harus memilih baju-baju di mal yang harganya lebih mahal. Bagi pengusaha di mal tidak khawatir, karena barang-barang di mal tetap laku terjual, karena memang banyak masyarakat yang diberi rezeki lebih. Lihat saja mal-mal dipadati pengunjung. Tempat parkir kendaraan selalu penuh tidak menyisahkan lagi tempat parkir. Kita mau melewati jalan-jalan yang dekat kases mal juga dipastikan akan mengalami macet. Sebanyak mal dibangun, sebanyak itu pula pengunjung memadati lokasi-lokasi mal. Selain magnet Lebaran yang telah menggerakkan ekonomi walaupun kenyataannya adalah perilaku konsumtif yang muncul. Pada sisi positif, Lebaran juga telah memunculkan semangat bersilaturahmi. Semangat silaturahmi ini juga akan meningkatkan rasa kekeluargaan dan saling memaafkan. Mungkin saja selama di antara keluarga yang jauh karena faktor geografis tetapi dengan melalui Lebaran akan meningkatkan keakraban dan saling memberikan ruang maaf melalui silaturahmi. Apalagi dengan silaturahmi akan memperpanjang umur dan akan menambah rezeki. Tentu saja dengan silaturahmi yang begitu bermanfaat semoga dapat dijadikan momentum untuk saling memamafkan. Apalagi urusan dengan manusia memang harus dengan saling memaafkan di antara manusia. Lebih jauh dari perspektif sosiologis pada momentum Lebaran yang dikenal dengan tradisi mudik Lebaran. Mudik Lebaran ialah mendekatkan dan merekatkan kembali hablun minannaas yaitu hubungan antara perantau yang mudik lebaran dengan sanak keluarga yang menetap di kampung. Melalui medium Idul Fitri, dibangun dan diperbaharui kembali hubungan sosial. Manusia sebagai makhluk sosial, yang disebut manusia tabiatnya bersosialita atau bermasyarakat. Dalam kenyataan, manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lainnya. Sejak lahir sampai wafat, memerlukan sanak keluarga, family dan atau masyarakat luas. Oleh karena itu, Idul Fitri selalu dijadikan momentum untuk mudik atau pulang kampung. Dari perspektif sosiologis, momentum Idul Fitri memiliki makna untuk membangun kembali, memelihara, menjaga, merawat dan meningkatkan silaturrahim dengan komunitas di kampung halaman. Dengan demikian, warga yang di perantauan tidak lupa dari mana dia berasal. Dengan demikian akan memunculkan semangat untuk bersedeka dan berinfak di daerah asal kampung halamannya. O

Rabu, 24 Juli 2013

Menjaga Harapan HARAPAN itu mungkin saja masih ada, bayangkan kalau harapan itu sirna. Ketika tak ada lagi harapan, maka yang muncul adalah rasa kecewa yang justru dapat menimbulkan tindakan non-produktif. Jika harapan itu masih ada artinya untuk menjaganya sangat penting dengan hati yang bersih. Jika harapan dipenuhi ambisi dan kepalsuan akan menjadikan sebuah harapan itu harapan palsu. Dengan berbagai tantangan dan kondisi terjal dalam mempengaruhi hitam putihnya kehidupan sudah menjadi keharusan untuk dihadapi. Tidak ada istilah putus harapan. Karena harapan itu, yang saat ini menjadi kekuatan dalam menerobos dan mempengaruhi kekuatan lain dalam politik. Kenaikan BBM yang dilakukan pemerintah telah mencabik-cabik harapan rakyat kita. BBM yang menjadi kebutuhan strategis dan harus diimpor lagi, seakan-akan menunjukkan ketidak berdayaan pemerintah dan rakyat kita. Setelah kenaikan bahan bakar minyak (BBM), berbagai sektor mau dinaikkan.Tidak ada lagi ruang untuk memberikan harapan baru bagi rakyat. Bantuan BLSM hanya basa basi tidak memberikan rasa aman. Harga-harga kebutuhan di pasar-pasar sudah dinaikkan. Di tengah kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, ternyata harga komoditi yang menjadi andalan dalam pencarian rakyat justru turun. Sungguh kondisi ekonomi yang tidak mampu memberikan rasa aman kepada rakyat. Sudah menjadi tugas negara yaitu mencapai tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Apa yang menjadi tujuan negara itu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Maka dapat kita simpulkan bahwa negara Indonesia melindungi negara tanah air dan seluruh warga negara Indonesia baik yang berada di dalam maupun di luar negeri. Selain itu negara kita menginginkan situasi dan kondisi rakyat yang bahagia, makmur, adil, sentosa, dan lain sebagainya. Di samping itu negara Indonesia turut berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia untuk kepentingan bersama serta tunduk pada perserikatan bangsa-bangsa atau disingkat PBB. Meskipun Indonesia sudah merdeka 67 tahun, tujuan berbangsa dan bernegara belum seluruhnya sesuai amanat Pembukaan UUD 1945. Tujuan melindungi tumpah darah Indonesia dan ikut menjaga ketertiban serta perdamaian di dunia memang sudah tercapai. Akan tetapi, tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan kesejahteraan rakyat belum seluruhnya dilakukan. Dulu pernah ada upaya untuk mencapai tujuan negara dengan tiga cara (trilogi pembangunan), yaitu pemerataan ekonomi, pertumbuhan, dan stabilitas nasional, sekarang dengan cara lain juga harus dicapai. Dengan melihat perjalanan bangsa, dapat dikatakan bahwa tujuan negara, yakni memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial masih belum tercapai, juga Indonesia belum bangkit dan mandiri. Presiden Yudhoyono apakah tidak gagal mensejahterakan rakyat . Begitu juga semua orang-orang yang lagi dibicarakan sebagai calon presiden tahun 2014. Ada beberapa sebab. Pertama, Yudhoyono dan calon-calon lainnya, semua merupakan perwakilan dari kelas menengah atas Indonesia yang mengukur keberhasilan ekonomi dengan ukuran pertumbuhan kelas menengah dan kelas menegah atas. Kelas menengah makmur Indonesia mungkin kurang-lebih 10% dari penduduk Indonesia atau 20an jutaan orang. Kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi Indonesia, dan keterbelakangannya infrastruktur sosio-budaya, berasal dari warisan kolonialisme Hindia Belanda yang meletakan Indonesia sebagai ekonomi neo-koloni yang tak berindustrialisasi. Pada abad 21 ini, di sebagian besar negeri sedang (tidak) berkembang di dunia, mimpi tentang pembangunan tinggal menjadi mimpinya kelas menengah atas saja. Hanya sedikit negeri, seperti Venezuela misalnya, yang masih memperjuangkan pembangunan buat rakyatnya – atau lebih tepat, rakyat Venezuela sendiri sedang memperjuangkannya. Di banyak negeri-negeri dengan mimpi development menghilang rasa tak ada harapan semakin kental terasa. Tindakan-tindakan drastis, semakin sering terjadi. O
Carmuk CARI MUKA, inilah tabiat yang cenderung negatif. Sikap yang mengandalkan kemampuan menjilat pimpinan dan terkadang memfitnah kawan atau lawan. Betapa jeleknya sifat cari muka ini. Tidak mau ngomong yang sebenarnya di depan pimpinan. Justru saat depan pimpinan atau bos ngomong yang menyenangkan dan selalu bicara bisa melakukannya, walaupun itu sudah jelas melanggar aturan. Ini juga yang kadang-kadang membahayakan pimpinan itu sendiri. Cari muka cenderung selain punya sifat suka memfitnah orang lain juga akan mengorbankan pihak lain, terkadang juga bisa mengakibatkan merugi bagi bos atau pimpinan itu sendiri. Biasanya orang cari muka untuk mendapatkan sesuatu, bisa jadi berupa untuk mempertahan kan jabatan yang ia emban atau bisa juga untuk mendapatkan imbalan entah itu berupa reward atau pun minta mau dikatakan bahwa dialah yang benar-benar bekerja untuk bosnya. Lebih fatal lagi, sang bos cenderung percaya dan senang dengan tertawa terbahak-bahak dengan laporan asal bapak senang (ABS) ini. Sang bos juga langsung percaya dengan apa yang dilaporkan dan langsung menghakimi orang yang difitnah itu. Inilah bahaya yang bia merasuk siapa saja yang sering dianggap bos dan pimpinan. Bahayanya lagi yang difitnah menjadi korban dan tidak ada sama sekali untuk membela diri. Motivasi mereka-mereka yang selalu cari muka cenderung ke arah yang negatif. Bisa jadi karena faktor mencari materi atau duniawi semata-mata/ Biasanya karena harta dan jabatan (kedudukan). Keduanya sering disebut-sebut sebagai dua sekawan yang tak terpisahkan. Harta bisa mengantarkan seseorang kepada posisi atau jabatan tertentu. Bahkan hari ini posisi yang seharusnya diisi secara alami oleh orang-orang berkompeten pun bisa dibeli dengan harta. Posisi atau jabatan pun bisa membuat orang mampu mengeruk harta sebanyak-banyaknya. Tanpa ada rasa puas. Tidak ada rasa malu. Apalagi secuil peduli, perhatian dan keberpihakan terhadap masyarakat. Banyak contoh dalam kasus pemberian suap, kasus korupsi seperti yang ditangani KPK saat ini. Sebuah konsekuesnsi kerusakan, saat seseorang meraih jabatan dengan menggunakan hartanya. Seperti halnya dalam kaidah jual-beli karena dia telah mengeluarkan sekian banyak rupiahnya, maka ia pun harus mendapatkan lebih banyak saat telah menjabat. Jika orang yang seperti itu diberi gelar khusus maka ada yang lebih dari itu. Yaitu orang yang mendapatkan posisi karena jerih payah orang lain dan tidak ada dari hartanya yang dikeluarkan kemudian daya rusaknya sama dengan mereka yang mengeluarkan hartanya guna merengkuh suatu jabatan. Entah gelar apa yang tepat untuk orang yang seperti ini. Oleh karena itu jabatan tidak jauh lepas dari uang. Dengan harta dan uang mereka cenderung membeli jabatan, dan dengan jabatan mereka dapat mengeruk harta. Mereka yang punya sifat seperti ini mungkin namanya lebih dari serigala. Karena sifat serigala hanya merusak sekawanan kambing, sebaliknya manusia bisa menghancurkan sistem sebuah negara dan menyebabkan kemiskinan terstruktur. Setelah itu semua, agama pun bisa dirusak oleh kerakusan terhadap harta dan jabatan. Karena bahkan agama pun bisa dimangsanya dengan cara dijual ayatnya, ditunggangi nama besarnya, ditumbalkan, diabaikan. yang penting harta dan jabatan didapatnya. Maka dia telah berubah menjadi manusia serigala yang sangat rakus dan berbahaya. Mereka yang cari muka untuk menggapai harta dan kekuasaan memang cenderung tidak lagi memegang etika. Kita tahu memang banyak yang jatuh akibat harta dan jabatan. Karena keduanya sesuatu yang sangat menggiurkan bagi manusia. Sebab di situlah terdapat kemasyhuran, ketenaran, kehormatan, dan kemapanan sosial ekonomi. Sebab tidak jaraang ambisi seseorang terhadap harta dan kekuasaan akab menutupi akal sehatnya. Bahkan bisa meredupkan keimanannya. Pada saat ini kita justru kesulitan memilih pemimpin yang memang benar-benar mampu dan memiliki integritas. Kecenderungan mereka yang akan mendapatkan kekuasaan tidak memiliki intergritas apalagi mau jujur. Kekuasaan selalu didapatkan dengan memfitnah pihak lain. Ketika amanah itu tidak berlabuh kepada dirinya, justru akan menyalahkan pihak lain dan menganggap dirinyalah yang benar dan dia juga mengaku dicurangi. Sungguh manusia tidak menyadari jika ada kelemahan. Ketidaksadaran ini juga menimbulkan sikap nganar dan tidak punya visi sebagai pemimpin yang seharusnya memperjuangkan dan menegakkan kebenaran. Pada dasarnya permasalahan bukanlah pada jabatan atau kepemimpinan itu sendiri, akan tetapi pada cara untuk mendapatkannya. Sah saja jika seseorang ada keinginan dan meyakini mampu menduduki jabatan dan memimpin. Tapi tentu saja cara mendapatkannya haruslah dengan cara yang benar. O

Prihatin

Keprihatinan PRIHATIN, suatu sikap menyatakan belas kasihan terhadap suatu kondisi. Secara etimologi, makna prihatin barangkali dari kata perih dan ati, yang berarti: hatinya pedih. Hatinya sedang pedih karena pengalaman hidup ekonomi yang berat. Orang-orang Jawa mempunyai kebiasaan puasa senin kamis untuk prihatin atau olah rohani (askese) supaya kuat menghadapi hidup yang tidak mudah. Nenek moyang kita telah mengalami sendiri (Zaman Belanda-Jepang-Revolusi-Orde Lama) bagaimana hidup prihatin. Hidup mereka ‘serba terbatas’ bahkan harus mengikat pinggang supaya mampu bertahan hidup. Kondisi saat ini, rakyat diminta prihatin, tetapi para elitnya hidup dengan fasilitas dari negara yang sudah tersedia. Memasuki bulan Ramadhan tahun 1434 Hijriah bagi umat muslim tentu saja satu sisi begitu menggembirakan. Karena pada bulan ini umat muslim diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa. Pada bulan yang penuh keberkahan dan pengampunan ini tentu saja adalah bulan yang dinanti-nantikan oleh umat Islam. Karena saat bulan inilah, umat islam dapat memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah kepada sang Khalik. Tapi pada satu sisi lain, memasuki bulan Ramadhan tahun ini, umat Islam sungguh masuk dalam keprihatinan. Dengan keputusan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi telah memberikan dampak multyplier effect. Akibat kenaikan BBM telah berdampak terhadap kenaikan barbagai sector dan kebutuhan strategis lainnya. Telah terjadi kenaikan transportasi, kenaikan bahan makanan, kenaikan biaya jasa-jsaa dan lan-lain. Kesemuanya itu makin memberatkan bagi umat Islam yang pendapatannya sebagai posisi seorang buruh. Dengan kenaikan harga-harga yang begitu melambung, tidak seimbang lagi dengan jumlah pendapatan yang diterima per bulan. Dengan kondisi kenaikan harga-harga akibat kenaikan harga BBM bersubsidi ini idealnya gaji karyawan naik sampai 20-30 persen. Akibat menurunnya pendapatan riil saat ini, benar umat muslim menjalankan puasa dalam keprihatinan. Dengan kondisi prihatin demikian, tentu saja tidak ada plihan lain dalam menyiasati kondisi yang serba kekurangan ini. Faktor kesulitan ekonomi dengan kondisi ekonomi global yang memang belum mampu memberikan kesejahteraan lebih layak mengakibatkan secara umum kesulitan mendapatkan income yang mampu memenuhi kebutuhan hidup yang layak. Tentu saja keprihatinan ini bukan hanya dari fator ekonomi. Beberapa negara Islam di Timur Tengah sedang mengalami krisis politik yang tentu saja akan mempengaruhi tingkat keprihatinan umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa. Perebutan kekuasaan di Mesir menunjukkan telah membuat krisis di negara itu, tentu saja yang menjadi korban adalah umat Islam. Di belahan bumi Aceh, umat Islam sedang dirundung duka akibat gempa bumi. Di tengah keprihatinan begini, tentu saja kita tidak menyalahkan siapa-siapa. Justru dengan kekuatan iman dan puasa yang pada dasarnya pengendalian diri, semoga melalui pertolongan yang maha kuasa dapat mengangkat derajat umat islam yang dilanda keprihatinan saat ini. Apalagi dalam ibadah puasa setidaknya terdapat tiga pesan yang melekat, yaitu: Pertama: kita diajak untuk menghayati kemahahadiran Tuhan. Betapa kita merasakan kedekatan Tuhan, sehingga dimana pun, kapan pun kita berada, sanggup menahan diri untuk tidak makan dan minum, meskipun lapar dan haus semata-mata karena kepasrahan kita pada-Nya, bukan karena siapa pun selain Dia. Sewaktu berpuasa, kalau saja mau, kita yakin sekali, betapa mudahnya menipu orang lain dengan cara berpura-pura puasa tetapi kita yakin Tuhan tidak mungkin dikelabui. Dua: dengan kesanggupan menunda kenikmatan jasmani yang bersifat sesaat, sesungguhnya kita telah melakukan investasi kenikmatan yang lebih agung dan sejati di hari depan. Dalam bentuknya yang amat sederhana adalah kenikmatan di waktu berbuka puasa. Ketiga: di samping puasa mengajarkan untuk berpandangan hidup ke masa depan (future oriented), puasa juga mengajarkan kita untuk menumbuhkan dan mempertajam kepekaan sosial yaitu berbagi rasa dan berempati dengan derita orang lain. Perintah mengeluarkan zakat fitrah di pengujung bulan Ramadhan secara fungsional dan simbolik mencerminkan adanya sasaran sosial yang hendak diraih dengan melakukan ibadah puasa, yaitu sebuah komitmen moral dan keprihatinan sosial untuk mempersempit jurang pemisah antara si kaya dan si miskin.O
Kepercayaan Kalau sudah percaya, semuanya tidak berdaya membatasinya. Diawali dengan rasa kepercayaan juga, orang akan rela memberi semuanya. Begitu penting rasa percaya ini. Tidak bisa dipungkiri, ketika kepercayaan menjadi keniscayaan maka tentu saja kepercayaan harus dijaga. Apalagi ingin menjadi orang yang terpercaya. Artinya dari kepercayaan mampu memberikan keyakinan kepada orang lain. Untuk mendapatkan kepercayaan perlu kemampuan meyakinkan pihak lain. Sama halnya ketika Sumsel untuk mendapatkan kepercayaan sebagai tuan rumah SEA Games 2011. Ketika Sumsel menjadi tuan rumah PON XVI tahun 2004. Dengan berbagai berbagai alasan yang bisa meyakinkan adalah kunci dalam mendapatkan kepercayaan itu. Satu lagi kepercayaan pemerintah pusat kepada Pemprov dan masyarakat Sumsel terkait event internasional yang bakal dihadiri puluhan negara asing yaitu pelaksanaan Islamic Solidarity Games (ISG). ISG yaitu pesta olahraga negara yang tergabung negara-negara yang penduduknya mayoritas Islam dari peserta negara-negara OKI. Ada beberapa aspek dalam melihat sudut pandang soal dilaksanakannya ISG di Sumsel. Tentu saja bentuk penunjukan ini adalah suatu kepercayaan, yang tidak mudah didapat. Kepercayaan ini menandakan bukti keberhasilan Sumsel menyelenggarakan even pesta olahraga Asia Tenggara. Aspek pertama, tentu saja karena pengalaman Sumsel yang telah sukses menyelenggrakan SEA Games. Bayangkan dari 33 Provinsi Sumsel menjadi provinsi yang dipercaya dari awalnya adalah Riau sebagai tuan rumah kemudian Jakarta, tapi akhirnya kepencayaan itu diebrikan Indonesia ke Sumsel. Tidak salah jika dikatakan Sumsel untuk Indonesia. Pelaksanaan SEA Games telah membuktikan kepada dunia ternyata panitia lokal dan komitmen pemerintah dan masyarakat daerah mampu membawa Indonesia lke kanca internasional, bahkan saat SEA Games Indonesia kembali meraih juara umum. Oleh karena itu tidak aneh jika akhirnya pilihan pemerintah pusat menunjuk dan mempercayakan ke Sumsel sebagai tuan rumah ISG. Aspek kedua, karena kelengkapan infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) local yang sudah terbukti mampu menyelenggarakan event kelas internasional. Kawasan Jakabaring Sport City (JSC) menunjukkan bukti nyata yang telah dilakukan oleh Pemprov Sumsel dan Gubernur Sumsel H Alex Noerdin. Artinya dengan kelengkapan venue mungkin tinggal perbaikan sedikit-sedikit. Venue-venue di JSC setelah digunakan pada SEA Games, sudah berkali-kali even internasional digelar. Sumsel menjadi tuan rumah South Sumatera Waterski and Wakeboard 2013 yang diikuti peserta dari 27 negara dan dibuka 5 Mei 2013. Di JSC pernah digelar kejuaraan Voli pantai bertaraf Internasional, kali ini kejuaraan Voli pantai yang bertajuk South Sumatera Governor Cup Beach Volley Ball International Tournament, di gelar di Venue Volly Pantai yang ada di Jakabaring Sport City (JSC), pada tanggal 19-22 April. Intinya kegiatan ini untuk mempromosikan Sumsel, dan untuk memanfaatkan fasilitas olahraga yang ada agar tidak terbengkalai, pasca kegiatan Sea Games 2011 lalu. Aspek ketiga, sudah tentu karena keamanan di Sumsel lebih kondusif. Artinya, walaupun tingkat dinamika politik terdapat gesekan-gesekan, namun secara umum keamanan di Sumsel lebih kondusif. Keamanan dipastikan menjadi pertimbangan dari pemerintah pusat menetapkan Sumsels ebagai tuan rumah ISG. Faktor yang tidak kalah penting adalah keberanian pemimpin Sumsel, ada tradisi keberanian dalam mengambil keputusan dari Gubernur Alex Noerdin. Sejak Sumsel mengajukan diri menjadi tuan rumah PON XVI melalui Gubernur H Rosihan Arsyad sampai ke Alex Neordin menjadi tuan rumah SEA Games. Ini menandakan ada keberanian dan ingin menunjukkan pengabdian yang lebih tidak sekadar melakanakan tugas Gubernur, tetapi lebih dari itu berbuat untuk kepentingan bangsa dan negara. Dengan modal keberanian dalam mengambil keputusan itu paling tidak memberikan energi positif atas kepercayaan Sumsel menjadi tuan rumah ISG. O
Andaikan Saya Walikota Palembang SEANDAINYA pada Minggu, 21 Juli 2013 saya yang resmi dilantik menjadi Walikota Palembang 2013-2018. Terus teras, saya juga tidak enak hati ketika mengingat keterpilihan saya masih menyisahkan kegalauan. Tapi hal itu mungkin tidak penting. Faktanya, saya sudah resmi jadi walikota. Ucapan bunga papan telah mengelilingi rumah dinas, bahkan meluber sampai jelan-jalan protokol lain. Belum lagi ucapan selamat di koran-koran dan foto saya pun sudah terpampang di sana. Mau apa lagi saya. Sekali lagi seandainya saya yang menjadi walikota saat ini, pertama saya tidak akan lama-lama untuk menikmati masa euforia. Segara saja bunga-bunga papan yang di pinggir jalan dibersihkan. Mengingat saya terpilih menjadi walikota bukan suara mutlak dari rakyat Palembang. Sedikit banyak ada campur tangan Mahkamah Konstitusi (MK). Saya minta bunga-bunga segera dibersihkan, dan saya akan focus untuk bekerja. Mungkin bekerja yang standar seperti mempercantik kota Palembang atau pun meningkatkan kebersihan termasuk memperbanyak lampu taman dan kota. Mungkin kerja seperti itu sangat standar dan biasa-biasa saja. Tentu saja program yang biasa tetap akan dilakukan seperti pentaan kota termasuk pasar-pasar tradisional dan kebijakan transportasi dalam kota. Di balik itu justru saya akan memikirkan kerja yang saya lakukan dapat menjadi legend bagi sejarah kepemimpinan Palembang pada masa mendatang. Oleh karena itu saya tidak akan menambah istri ataupun untuk tergoda dengan perempuan lain, yang justru membuat tidak fokus dalam bekerja melaksanakan amanah rakyat melalui keputusan MK ini. Melalui dukungan dari DPRD Palembang, saya akan membuat kebijakan yang luar biasa untuk Palembang. Saya akan menjadikan kota Palembang sebagai kota modern, akan tetapi tidak meninggalkan karakter lokal Palembang. Kota Palembang akan menjadi kota yang berbeda dengan kota-kota lain. Program prioritas pertama, saya akan memprogram refungsionalisasi anak-anak sungai yang mengalir di dalam Kota Palembang. Sungai Musi yang menjadi ikon Kota Palembang dan Sumsel umumnya akan saya prioritaskan dalam program percpatan pembangunan. Refungsi sungai-sungai kecil ini, tentu saja memerlukan dana besar. Tapi ini keputusan penting yang benar-benar akan memberikan legend bagi Kota Palembang. Dengan berfungsinya sungai-sungai ini, maka saya memfungsikan angkutan sungai. Angkutan sungai ini juga sebagai modal dalam menarik turis dalam memajukan pariwisata di Kota Palembang. Saya tahu tidak mudah untuk membuat kebijakan refungsi anak-anak sungai ini. Tapi paling tidak saya akan bikin satu pilot proyek terlebih dahulu, bagaimana satu aliran anak sungai bisa berfungsi dan akan kelihatan bersih. Jangan samapi anak sungai ini tetap menjadi sarang sampah dan menjadikan kota Palembang kumuh. Mungkin salah satu sungai yang dipilih yaitu Sungai Sekanak. Saya pikir dengan membuat kebijakan yang tidak biasanya ini justru akan menjadikan Kota Palembang menjadi berbeda dan akan terkenal karena keberhasilan dalam menangani salah satu problem di kota-kota besar di Indonesia saat ini. Prioritas kedua, saya akan membangun dan menata jalan dalam kota untuk pengguna sepeda. Dengan menyediakan ruang publik untuk pengguna sepeda, maka saya akan membuat kebijakan dengan mewajibkan menggunakan sepeda. Jika jalan-jalan utama khusus menyiapkan bagi pengguna jalur sepeda, saya yakin publik Palembang akan menggunakan sepeda. Dari anak sekolah sampai merekan yang bekerja dapat menggunakan sepeda sebagai alat transportasi. Kebijakan ini sangat banyak manfaatnya, selain tentu saja akan menyehatkan warga juga akan mengurangi polusi dan mengurangi volume kendaraan di jalan raya. Dengan membuat jalur khusus sepeda yang nyaman dan lebih luas, saya yakin Palembang akan menjadi ikon baru sebagai kota yang menggalakkan bersepeda. Tidak mudah untuk keluar dari maintream selama ini. Tetapi dengan keputusan dan kebijakan ini saya yakin dapat diimplementasikan. Menurut Ripley dan Franklin, implementasi adalah apa yang terjadi sesudah undang-undang di tetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output). Istilah implementasi menuju pada sejumlah kebijakan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan program dan hasil yang diinginkan oleh pejabat pemerintah. Implementasi mencakup tindakan-tindakan oleh berbagai aktor yang dimaksudkan untuk membuat program berjalan. Kriteria pengukuran keberhasilan implementasi menurut Ripley dan Franklin (1986: 12) didasarkan pada tiga aspek, yaitu pertama, tingkat kepatuhan birokrasi terhadap birokrasi di atasnya atau tingkatan birokrasi sebagaimana diatur dalam undang-undang, kedua, adanya kelancaran rutinitas dan tidak adanya masalah; serta ketiga, pelaksanaan dan dampak (manfaat) yang dikehendaki dari semua program yang ada terarah. Mungkin saya akan berpatokan pada teori Ripley dan Franklin dalam melaksanakan program ini. O

Selasa, 29 Januari 2013

Kau Hancurkan

Firdaus Komar Wartawan Mengapa Kau Hancurkan? SAYA tercengang mendengar cerita mereka yang kuliah, kemudian ada yang menawarkan jasa pembuatan skripsi dan tesis. Belum lagi ada mafia pembuatan ijazah aspal (asli tapi palsu). Dengan kejadian itu, orang tidak perlu kuliah, tidak perlu belajar cukup dengan membeli ijazah. Akibatnya yang dikejar ijazah, tidak ada lagi kompetisi dan kreativitas untuk memunculkan ide-ide dalam pergumulan dalam proses pendidikan. Toh yang dikejarnya hanya selembar ijazah, ternyata ijazah gampang diperoleh. Betapa bobroknya moral anak bangsa kita. Mengapa kau hancurkan ini? Mereka telah menghancurkan sendi-sendi dunia pendidikan. Suatu dunia yang seharusnya tetap mempertahankan nilai-nilai etika, kejujuran, nilai-nilai idealisme. Kini semuanya terbongkar, jungkir balik, bak sirkus yang menjadi tontonan dunia. Dengan kondisi pendidikan yang demikian parah, terdapat korelasi ketika produk pendidikan ini memiliki kekuasaan, yang saat ini memegang tampuk jabatan penting. Bukankah produk ini juga yang cenderung berperilaku korupsi, mengabaikan etika publik, dan tidak lagi memiliki nilai-nilai atau pun malu dengan diri sendiri. Mungkin juga sangat pantas dikatakan tidak punya iman lagi. Semua tingkatan dalam perilaku organisasi menjadi sebuah mafia. Di Senayan ada mafia anggaran. Mau masuk anggaran, ada mafia yang siap sogok, siap suap sana sini. Dalam proses peradilan juga ada mafia hukum. Mau hukuman ringan, mau hukuman berat, atau mau bebas hukuman. Semuanya dapat dipesan diorder ibarat pesan makanan. Ada tingkat harga dan barang. Begitulah lingkaran setan yang tidak habisnya, ketika pejabat berkeinginan membenahi sistem pendidikan kita tidak pernah bisa, karena yang mau membenahi ini juga termasuk dalam lingkaran mafia yang juga produk dari sistem pendidikan yang makin terpuruk tadi. Pertanyaannya siapa dan mengapa dihancurkan? Dengan kondisi demikian, bangsa kita yang memiliki nilai-nilai budaya yang begitu tinggi apa tidak mampu lagi membedakan mana yang baik dan buruk. Mengapa Finlandia dan Korea mampu menjadi memiliki peringkat sistem pendidikan terbaik dunia. Apakah pemimpin sudah buta, ketika harus belajar dari luar. Inilah yang menyedihkan! Sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia. Berdasarkan tabel liga global yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson, sistem pendidikan Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Tempat pertama dan kedua ditempati Finlandia dan Korea Selatan, sementara Inggris menempati posisi keenam. Peringkat itu memadukan hasil tes internasional dan data, seperti tingkat kelulusan antara tahun 2006 dan 2010. Sir Michael Barber, penasihat pendidikan utama Pearson, mengatakan, peringkat disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara memberikan status tinggi pada guru dan memiliki ‘budaya’ pendidikan. Perbandingan internasional dalam dunia pendidikan telah menjadi semakin penting dan tabel liga terbaru ini berdasarkan pada serangkaian hasil tes global yang dikombinasikan dengan ukuran sistem pendidikan, seperti jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat universitas. Dengan peringkat berdasarkan status tinggi pada guru dan memiliki budaya pendidikan. Dua item ini menjadi catatan hitam bagi kita. Laporan itu juga menekankan pentingnya guru berkualitas tinggi dan perlunya mencari cara untuk merekrut guru terbaik. Hal ini meliputi status dan rasa hormat serta besaran gaji. Bagaimana mungkin kita akan menghasilkan guru berkualitas, jika guru bukan berada dalam status kelas nomor wahid. Bayangkan dari input, yang masuk sekolah guru cenderung bukan dari pilihan dari mereka yang memiliki kualitas. Mereka kalah dengan orang mau menjadi dokter, mau menjadi sarjana teknik, atau sarjana ekonomi. Terhadap mereka yang menghancurkan sistem ini dan terhadap mereka masih berpura-pura berjuang mengatasnamakan untuk kemajuan pendidikan, ternyata tidak ada kejujuran dan tidak ada keikhlasan. Tolong pendidikan jangan dipolitisir, tapi pendidikan perlu kebijakan politik ya. Tentu kebijakan yang tanpa kepentingan politis, kebijakan yang mengedepankan kepentingan pendidikan itu sendiri. Peningkatan SDM anak bangsa. Mulai dari mana kita memperbaiki sistem pendidikan ini? Kapan kita akan sejajar dengan Finlandia yang telah dinobatkan menjadi peringkat pertama dalam sistem pendidikan. O