Senin, 19 November 2007

PUASA

Puasa Mengasah Kecerdasan
Emosional dan Spiritual
Dra Anisatul Mardiah MAg
Mahasiswa Pascasarjana (S3) Universitas Malaya
Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN RF Palembang

Ada anak bertanya pada bapaknya
Buat apa berlapar-lapar puasa
Ada anak bertanya pada bapaknya
Tadarus tarawih apalah artinya

Lapar mengajarmu rendah hati selalu
Tadarus artinya memahami Kitab Suci
Tarawih mendekatkan diri pada Ilahi …

PETIKAN lagu yang dipopularkan Bimbo di atas, sudah seperti lagu ‘wajib’ yang diputar di pusat-pusat perbelanjaan pada bulan Ramadhan. Lagu tersebut menceritakan dialog antara seorang anak dan bapaknya. Pertanyaan yang disampaikan oleh seorang anak sesungguhnya sederhana, namun jawabannya tidaklah sederhana. Mengapa kita harus menahan lapar dan haus sementara makanan lezat dan minuman segar tersedia di rumah? Lalu, mengapa pula kita harus tadarus dan tarawih di bulan Ramadhan sementara di bulan lain tidak?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah itulah keistimewaan bulan Ramadhan. Ramadhan memang istimewa sehingga berbagai sebutan dilekatkan padanya. Bulan Ramadhan disebut juga bulan Alquran, bulan shiyam,bulan qiyamullail, bulan kesabaran dan takwa, bulan kasih sayang, bulan ampunan dan terbebasnya hamba dari api neraka, bulan yang terdapat di dalamnya suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan di mana setan dibelenggu, pintu surga Allah bukakan dan pintu neraka Ia tutupkan. Oleh karena itu, sebagai umat Islam kita sudah seharusnya bergembira menyambut kedatangan bulan Ramadhan.
Dalam menyambut Ramadhan, wajar saja kalau umat Islam lebih giat beribadah pada bulan Ramadhan. Nilai ibadah yang dilakukan pada bulan Ramadhan setara dengan 70 kali nilai ibadah pada bulan-bulan lainnya.
Shalat sunnah nilai pahalanya sama dengan pahala salat wajib, sedekah sama nilainya dengan berzakat pada bulan lain. Berumrah pada bulan Ramadhan pahalanya setara dengan melaksanakan ibadah haji. Setiap huruf Alquran yang dibaca pada bulan Ramadhan akan diberi ganjaran oleh Allah sebanyak 700 kebajikan. Allah juga menambah rezeki orang-orang mukmin.
Sedangkan bagi orang yang memberi makanan buat orang yang berpuasa maka ia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang puasa yang diberinya makanan untuk berbuka tersebut. Hal ini ditegaskan dengan hadis Rasulullah SAW: Barangsiapa menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa niscaya ia akan mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun. (HR. Ahmad dan an-Nasa’i).
Selain besarnya ganjaran pahala yang dijanjikan Allah pada bulan Ramadhan, puasa juga merupakan sarana untuk belajar mengendalikan diri dari lezatnya makanan dan segarnya minuman serta menahan diri dari berkata dusta dan kotor, bersumpah palsu dan bergunjing serta melatih kesabaran dan kejujuran.
Puasa sangat penting untuk mengendalikan diri. DR KH Abdullah Syukri Zarkasyi MA, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Jawa Timur, mengatakan ”Puasa memiliki banyak manfaat. Selain beribadah kepada Allah, karena merupakan salah satu rukun Islam, puasa juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan melatih kesabaran. Sedangkan di sisi sosial, puasa menumbuhkan kepekaan sosial dan kebersamaan”.
Puasa pada akhirnya akan membentuk manusia-manusia yang bertakwa. Melalui puasa, Allah memberikan sebuah pelatihan bagi umat Islam untuk berlaku disiplin, dan menjalankan aturan-aturan Allah secara baik dan konsisten. Puasa juga melatih manusia untuk berlaku jujur dan mendorong manusia untuk berempati terhadap penderitaan fakir miskin sehingga puasa dapat memperkuat ukhuwah dan menghilangkan keserakahan.
Begitu banyak keutamaan puasa di bulan Ramadhan yang telah diwajibkan Allah melalui firman-Nya yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginyaberpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika meraka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barngsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S al-Baqarah/2:183).
Puasa merupakan ibadah universal, artinya ibadah puasa bukan hanya milik umat Islam karena umat-umat terdahulu juga melakukan ibadah puasa. Ibadah puasa merupakan ibadah yang istimewa karena hanya Allah saja yang dapat menilainya. Puasa memang untuk Allah namun implikasinya akan terasa oleh umat manusia terutama untuk mengendalikan hawa nafsu, berbuat jujur dan berempati terhadap penderitaan fakir miskin.
Dengan kata lain, ibadah puasa merupakan sarana untuk mengasah kecerdasan emosi dan spiritual karena kecerdasan emosional yang menyangkut hubungan manusia dengan sesamanya tidak dapat dipisahkan dengan kecerdasan spiritual yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya.
Kecerdasan emosional dalam perspektif sufi adalah sabar. Sabar di sini diartikan sebagai keteguhan dalam memegang tuntunan syari’at agama dan meninggalkan desakan hawa nafsu. Kesabaran identik dengan kecerdasan emosional sehingga semakin sabar seseorang makin cerdas ia secara emosi. Jadi, orang yang paling sabar adalah orang yang paling cerdas emosinya. Peribahasa Arab mengatakan “Man shabara zhafara” -barangsiapa yang sabar ia akan sukses-. Sabar diartikan juga sebagai kesediaan kita untuk menjalani suatu proses.
Apabila manusia ingin meraih keberhasilan maka ia harus bersedia menjalani suatu proses. Keberhasilan seseorang ditentukan oleh kesabarannya dan Alquran menjelaskan: “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah/2:153).
Sekarang, kita sedang menjalani proses untuk menjadi manusia yang takwa. Takwa merupakan kriteria yang obyektif untuk menentukan kemuliaan manusia sebagai dasar hubungan antar bangsa, ras, suku, dan individu yang menjadikan hidup lebih dinamis. Oleh karena itu, mari kita jalani ibadah puasa dengan penuh kesabaran agar tercapai tujuan untuk menjadi manusia yang takwa.O

Tidak ada komentar: