Senin, 19 November 2007
CATATAN PERJALANAN UMRAH
Catatan Perjalanan Umrah
Alhamdulillah, pada awal Juli 2007, saya berkesempatan melakukan ibadah umrah dan ziarah di Makkah dan Madinah. Banyak pengalaman yang dapat ditulis. Penulisan ini terus terang jauh dari sempurna, karena rasanya sangat kurang waktunya untuk membuat laporan tulisan yang menyeluruh dan lebih lengkap. Apalagi untuk menggambarkan keutamaan Mekah dan Madinah. Subhanallah, sungguh luar biasa!
Sebanyak 10 orang wartawan dari media cetak dan TV nasional di Palembang mendapat kesempatan melaksanakan ibadah umrah. Mereka terdiri dari Firdaus Komar (BeritaPagi), Hanafijal (Sriwijaya Post), Sulistiarwan (Palembang Post), Aspani Yaslan (Media Indonesia), Yudi (TPI), Budi (Global TV), Miko (RCTI), Musnadi (RCTI), Didi Asnawi (LaTV), Purwantoro (ANTV).
Mendapat kesempatan melaksanakan ibadah umrah tentu satu hal yang sangat menggembirakan. Bagi saya sebagai jamaah yang bertandang ke Tanah Suci, tentu dilandasi niatan untuk meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Program umrah menggunakan jasa Biro Haji & Umrah Attiyah Tour. Perjalanan panjang menuju Arab Saudi melalui penerbangan Palembang-Jakarta, 5 Juli 2007, kemudian dilanjutkan Jakarta-Sana’a (Yaman) setelah transit di Kualalumpur (Malaysia) dan di Abu Dhabi (UEA). Dari Sana’a penerbangan dilanjutkan keesokan harinya menuju Bandara King Abdul Aziz di Jeddah.
Tiba di Jeddah perjalanan langsung menuju Madinah dengan menggunakan bis. Perjalanan yang ditempuh lebih kurang 4 jam itu dilalui tanpa hambatan. Mengingat kondisi jalan mulus, pengemudi bis yang kami tumpang membawa kendaraan dengan kecepatan 120km/jam. Bagian kiri dan kanan jalan tampak padang pasir tandus nan luas.
Rombongan tiba di Hotel Darussalam Madinah setelah memasuki waktu Shalat Isya. Setelah mandi, rombongan rasanya tidak sabar mau menunaikan shalat di Masjid Nabawi.
Malam itu juga sekitar pukul 22.00 rombongan ke Masjid Nabawi bagi menziarahi makam Rasulullah s.a.w. dan mencari kesempatan beribadah di Raudhah.
Malam itu, saya dan rombongan berkesempatan solat dan berdoa di Raudhah. Sayangnya waktu itu sudah kemalaman, karena Masjid Nabawi akan dibersihkan. Antara pukul 23.00-03.00 masjid itu dibersihkan. Terutama di sekitar Raudha. Kita akan melihat, puluhan pekerja yang mengenakan pakaian seragam. Mereka kelihatannya bekerja keras siang dan malam menjaga kebersihan masjid. Mereka bertugas membersihkan, menyapu, mengelap, juga menggantikan tong-tong (container) minuman air zamzam yang diletakkan di kebanyakan tempat dalam masjid itu.
Rombongan kami pun diminta oleh laskar untuk pindah tempat. Kami pun memutuskan untuk keluar masjid, dan menunggu waktu subuh nanti akan kembali ke masjid.
Memang Masjid Nabawi punya tarikan tersendiri. Siapa yang beribadah di dalamnya digandakan pahala seribu kali berbanding masjid-masjid lain selain Masjidil Haram. Di sini jugalah makam Rasulullah SAW yang mulia dan dua orang sahabat baginda, Saidina Abu Bakar dan Saidina Umar al-Khatab.
Ramai juga yang mencari kesempatan beribadah di Raudhah. Satu kawasan kecil yang terletak antara mimbar dan bersebelahan makam Rasulullah SAW. Banyak fadhila beribadah di Raudhah. Selain pahala yang berlipat ganda, doa yang diucap di Raudhah juga makbul dengan izin Allah SWT.
Masjid Nabawi juga dimakmurkan dengan ceramah-ceramah dan pengajian. Waktu antara Maghrib dan Isyak selalu dipenuhi pengajian. Satu kelebihan bagi yang paham berbahasa Arab karena kuliah hanya disampaikan dalam bahasa Alquran. Di kawasan bahagian timur masjid, kelas-kelas Alquran bagi anak-anak diadakan antara waktu Zuhur dan Ashar. Anak-anak ini berada dalam beberapa kelompok dan dibimbing seorang guru.
Pendek kata, Masjid Nabawi bukan saja indah dan bersih, malah makmur dengan aktivitas ibadah dan ilmu.
Di Madinah selain mengunjungi Masjid Nabawi, makam Rasulullah, juga ke Masjid Qiblatain, Jabal Uhud, Masjid Quba (Masjid pertama yang dibangun Rasulullah). Rencana mau ke Pasar Kurma, batal karena buru-buru mau ke Mekah.
Saya dan rombongan benar-benar konsentrasi mau memasuki Tanah Mekah. Apalagi dari Hotel di Madinah, rombongan telah mengenakan pakaian ihram dan menuju ke Bir Ali untuk mengambil miqat, niat umrah.
Saat rombongan ditawari ke Pasar Kurma, sudah tidak ada yang mau lagi. Karena masing-masing sudah memikirkan ibadah umrah. Setelah dari Bir Ali, rombonga menggunakan bis menuju Mekah dan perjalanan yang ditempuh lebih kurang selama 4 jam.
Begitu tiba di Hotel Mekah, rombongan dibimbing ustadz Hadi yang sudah menunggu di hotel untuk melakukan umrah.
Pengalaman tak kalah indah di Mekah. Di sana, selain mengunjungi Masjidil Haram, kami juga berkunjung ke Jabal Tzur, Arafah, Mina, dan Jabal Rahma. Mimpi kami untuk menginjak langsung tempat-tempat itu, akhirnya terwujud.
Dari segi fasilitas, rombongan kami juga menginap di hotel yang jaraknya hanya sekitar 100 meter dari Masjidil Haram. Kami cukup berjalan kaki untuk mencapai masjid ini.
Kondisi serupa kami alami di Madinah. Hotel tempat kami menginap juga sangat dekat dari Masjid Nabawi.
Soal makanan pun tidak menjadi kendala berarti. Pasalnya, penyelenggara umrah menyiapkan masakan Indonesia. Jadinya, kami serasa tetap berada di Indonesia. Bisa dibayangkan jika kami harus mencicipi makanan setempat yang tidak cocok di lidah orang Indonesia.
Yang menggembirakan, selama perjalanan ini, kondisi jemaah umrah senantiasa sehat walafiat. Itu sangat mendukung kami untuk beribadah dengan lancar. O
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar