Minggu, 02 Agustus 2009

MBAH SURIP

ANDA mungkin sudah kenal dengan Mbah Surip. Akhir-akhir ini sosok Mbah Surip makin ngetop. Ada saja stasiun TV yang mengajaknya, entah itu wawancara atau pun tampil nyanyi. Sosok misterius Mbah Surip dengan lagu ‘Tak Gendong’ banyak yang ingin tahu tentang siapa Mbah Surip. Dari anak-anak usia tiga tahun sampai orang dewasa tahu dan paham dengan lagu ‘Tak Gendong’.
Tak gendong ke mana-mana
Tak gendong ke mana-mana
Enak donk, mantep donk
Daripada kamu naik taksi kesasar
Mendingan tak gendong to
Enak to, mantep to
Ayo.. mau ke mana
Tak gendong ke mana-mana
Tak gendong ke mana-mana
Enak tau

Memang tak ada formula pasti untuk mendapatkan ketenaran. Ia bisa mendadak sontak terkenal, sebaliknya bisa pula langsung lenyap.
Mungkin kita masih ingat ingar-bingar Manohara. Seperti Manohara mendadak sontak jadi ngetop. Ceritanya pun bagai drama serial yang tak habis-habis temanya.
Bisa jadi juga perempuan belia itu masih akan lama menikmati kebekenan dengan berbekal kisah pilu dan reaksi latah sebagian dari kita yang antara lain menyinetronkan kisahnya, baik yang akan diperani oleh Mano sendiri maupun yang dibintangi artis-artis lain. Namun, biasanya, yang instan tidak lama bertahan. Beberapa nama produk kontes idola di TV misalnya cuma bisa menikmati “kedahsyatan ketenaran” nyaris hanya pada momen pengumuman pemenang. Segera setelah itu, mereka lenyap ditelan waktu.
Lalu, faktor apa yang sanggup membikin tenar Mbah Surip lewat lagu “Tak Gendong”-nya? Ternyata “mbah” kita satu ini bukan termasuk jenis yang instan. Ia atau bahkan semestinya “beliau”, ternyata, bukan termasuk jenis yang instan. Ia sudah lama berkarya dan berkiprah di dunianya, dunia yang menjadi pilihan hidupnya. Maka, tak aneh saat dia dapat memikat semua orang yang secara langsung menyaksikannya ketika sebuah stasiun TV swasta mengundangnya. Harus kita akui, Mbah Surip menjadi penyegar dan pengaya suasana.
Ketawa “hah hah hah hah”-nya yang khas, ungkapan “I love you full”-nya yang ternyata legendaris, dan syair-syair lagunya yang kocak membuatnya pantas mendapatkan apresiasi.
Sungguh, melihat Mbah Surip dengan aksinya adalah seperti melihat dan merasakan keceriaan, kedamaian, serta kebahagiaan dalam rupa yang bersahaja.
Sebelum iklan yang dibintanginya meledakkan ketenarannya, ia hanyalah seorang seniman jalanan. Lagu ‘Tak Gendong’ itu merupakan karya lama. Barangkali industri rekaman sejak 1997 itu kurang serius memromosikan Mbah Surip sehingga baru sekarang ini ia menuai ganjaran setimpal.
Sosok Mbah Surip merupakan gambaran “manusia Indonesia sejati” yang tidak pernah merasa susah, tidak pernah gelisah, tidak pernah sedih dan selalu tertawa; meskipun sering diledek orang Mbah Surip tetap saja tertawa, tidak pernah dendam atau membalas ledekan tersebut.
Kualitas “kesejatian” itu dimungkinkan karena Mbah Surip tak termasuk dalam kategori “jiwa-jiwa instan”. Ia merupakan sosok yang matang oleh tempaan hidup. Simak misalnya betapa di balik penampilannya yang bersahaja, perjalanan hidup lelaki yang di KTP-nya tertulis bernama Urip Aryanto kelahiran Mojokerto 1963 ini terbilang kaya warna.
Mbah Surip ternyata pernah menjadi pekerja di perusahaan pengeboran minyak (1975–1986). Pada saat itu, ia pun sempat singgah di Texas, Brunei, Singapura, dan tempat-tempat penghasil minyak lain.
Mbah Surip merupakan sosok yang periang. Ia selalu menghadirkan kegembiraan dalam setiap tarikan napasnya. Bahkan ia tidak sakit hati terhadap setiap olok-olok yang ditujukan kepadanya. Semua ditanggapi dengan tawa, hah..hah..hah..hah…. Malah lalu ia akan katakan, ”I love you full… hah..hah..hah..hah….” Lebih jauh, Mbah Surip merupakan manusia yang selalu diliputi cinta, bahkan ia menjelma cinta. Seharusnya lebih banyak lagi manusia seperti Mbah Surip itu di negeri ini, manusia yang penuh cinta. Memandang segala sesuatu bukan berdasarkan nafsu dan kepentingan pribadi semata, tetapi memandang dan memperlakukan segalanya dengan sesuatu yang paling hakiki: cinta. Dialah pejuang cinta, manusia cinta. Hah..hah..hah..hah… I love you full! Lagu-lagu Mbah Surip begitu spontan dan sederhana, tetapi selalu kontekstual dan mengena. Simak saja syair lagu “Tak Gendong” itu. Ha…ha…ha…ha…ha… seterusnya.O

Tidak ada komentar: